Judul : Bentara Sabda
Bacaan :
Mk 16: 14-20: Perintah untuk Mewartakan Injil
Renungan
Injil yang kita baca ini adalah bagian akhir Injil Markus yang mengisahkan tentang peristiwa Yesus naik ke Sorga. Sebagai bagian integral dari usaha kita untuk menjawab “mengapa Yesus memanggil para muridNya?” bacaan ini menawarkan kita satu kemungkinan jawaban. Dan jawaban itu ialah bahwa Ia memanggil mereka untuk mengutusnya menjadi pewarta khabar gembiraNya, menjadi bentara SabdaNya.
Bagaimana profil seorang bentara sabda Allah sesungguhnya? Dari banyak kisah orang kudus maupun perjalanan para misionaris, kita sebenarnya bisa mendapatkan gambaran tentang siapakah sesungguhnya seorang bentara sabda Allah.
Kisah Arnoldus Yanssen dan Yosef Freinademetz, dari Keluarga Misionaris Serikat Sabda Allah (SVD)
Syair lagu yang kita pakai untuk membuka renungan ini adalah syair yang menggambarkan kehidupan kedua orang kudus ini dalam kapasitas mereka sebagai manusia yang mencoba menjawabi panggilan Tuhan sebagaimana dilukiskan Injil tadi.
Syair ini saya buat tahun 2003, ketika merayakan 10 tahun imamat bersama teman-teman seangkatan, yang kebetulan bersamaan dengan kanonisasi kedua orang kudus ini oleh Paus Yohanes Paulus II di Roma. Dalam refleksi singkat tentang hidup keduanya, saya melihat bahwa mereka sungguh adalah Bentara Sabda, seorang yang membawa Sabda Allah baik lewat doa dan tapa (Arnoldus Yanssen) , maupun lewat kesediaan untuk meninggalkan tanah airnya untuk menyatu dengan orang yang dilayaninya (Yosef Freinademetz).
Syair lagu tadi berbunyi sebagai berikut.
Alangkah mengagumkan cinta dan keyakinannya
dengan iman membaja, tanpa takut dan gentar.
Ikuti kehendakNya lewat doa dan tapa
Hamba Tuhan setiawan, Santu Arnoldus Yansen.
Keyakinannya teguh, ringan juga langkahnya
Meninggalkan desanya, Cinalah tujuannya
Setia mewartakan khabar gembira Allah
Hamba yang sederhana, dia Yosef Freinademetz.
Refr.
Syukur kepadaMu, O Tritunggal terkudus
Kauanugerahkan tahun yang penuh rahmat.
O Indah permataMu, Arnoldus & Yosef, HambaMu
Bentara SabdaMu, dalam Gereja kudusMu
Kamipun berserah siap jadi abdiMu Tuhan ‘tuk selamanya
Terbakar oleh cinta pada Dia sang Sabda
Mereka mewartakan karya Allah di dunia
Kamipun merasakan panggilan ‘tuk berkarya
Hidupkan perutusan, jadi Bentara Sabda
Syukur kepadaMu, O Tritunggal terkudus
Kauanugerahkan tahun yang penuh rahmat.
O Indah permataMu, Arnoldus & Yosef, HambaMu
Bentara SabdaMu, dalam Gereja kudusMu
Kamipun berserah siap jadi abdiMu Tuhan ‘tuk selamanya
Terbakar oleh cinta pada Dia sang Sabda
Mereka mewartakan karya Allah di dunia
Kamipun merasakan panggilan ‘tuk berkarya
Hidupkan perutusan, jadi Bentara Sabda
Bagi saya, kehidupan Santu Arnoldus Yanssen yang mendirikan tiga kongregasi misi SVD, SSpS dan SSpSAP, sesungguhnya adalah kehidupan seorang yang memiliki visi dan kehendak yang sangat kuat untuk mewartakan Sabda Allah ke seluruh dunia. Benih yang ditanamnya di tahun 1875 di Steyl itu telah menyebar ke 65 negara di dunia dengan sebuah misi untuk membawa Sabda Allah ke tempat di mana orang belum mengenalnya.
Yanssen menyadari bahwa keberhasilan misi pewartaan Sabda Allah ini tak mungkin dipisahkan dari doa yang tanpa henti. Karenanya ia juga mendirikan satu kongregasi suster kontemplatif yang berdoa selama 24 jam untuk kepentingan misi. Yanssen memahami bahwa misi yang berhasil adalah misi yang memadukan karya pewartaan Sabda Allah dengan doa dan tapa. Mengapa? Karena karya ini berkaitan dengan karya Tuhan yang penuh misteri.
Begitu juga dengan Yosef Freinademetz. Misionaris pertama SVD yang dikirim ke tanah Cina ini memutuskan untuk tidak pernah kembali ke tanah kelahirannya di Sud Tirol di Italia Utara. Ia tetap tinggal di Cina hingga kematian menjemputnya. Dan ia mencintai orang Cina, menjadi satu dengan mereka, hingga suatu kesempatan dia menulis, “Di Sorgapun saya mau tetap menjadi seorang Cina.”
Kedua orang kudus ini adalah bentara Sabda Allah. Yang satu merencanakannya, mengorganisirnya dan mengirim misionaris Sabda Allah, sedangkan yang lain menghidupkannya dalam kenyataan, menjelma menjadi orang Cina dalam arti yang sebenar-benarnya.
Mengapa demikian? Karena undangan Tuhan, “pergilah ke seluruh dunia dan wartakanlah Injil kepada segala makhluk” telah menjadi satu dengan hidup mereka. Mereka menerima Sabda yang menjelma menjadi manusia, dan dengan hidup mereka menjelma menjadi sabda kehidupan bagi orang-orang yang mereka layani.
Bentara Sabda : Dia yang Berkomitmen untuk Menghidupkan Sabda Allah dalam Kenyataan Hidup
Pertanyaan pokok dalam permenungan kita hari ini ialah ‘mengapa Yesus memanggil para murid dan kemudian mengutus mereka?’ Dalam renungan ini, jawaban yang coba kita berikan ialah karena Yesus mau menjadikan para murid dan semua yang dipanggilNya bentara sabdaNya.
Pertanyaan pokok dalam permenungan kita hari ini ialah ‘mengapa Yesus memanggil para murid dan kemudian mengutus mereka?’ Dalam renungan ini, jawaban yang coba kita berikan ialah karena Yesus mau menjadikan para murid dan semua yang dipanggilNya bentara sabdaNya.
Tetapi siapakah bentara sabda itu sesungguhnya? Bagaimana ciri-cirinya?
Melihat kembali hidup kedua orang kudus Arnoldus Yanssen dan Yosef Freinademetz, sebagaimana diungkapkan via syair lagi di atas, sambil mengkonfirmasikannya dengan bacaan Injil Markus di atas, kita mendapatkan ciri-ciri bentara Sabda Allah sebagaimana yang dimaksudkan Yesus.
(1). Pembawa khabar gembira ke manapun dan bagi siapapun
Yesus memanggil murid-muridNya dan kita untuk berada bersama Dia. Setelah itu Ia mengutus mereka mewartakan Sabda Allah ke selruh dunia dan kepada segala makhluk. Itulah perintahNya dalam Injil yang barusan kita baca, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”
Perintah Yesus ini telah menjadi inspirasi bagi penyebaran kekristenan ke seluruh dunia, telah menggerakan banyak orang untuk mendirikan kongregasi religius, dan menyemangati pria dan wanita dari segala lapisan masyarakat untuk menjadi pewarta khabar gembira.
Begitu efektifnya perintah ini hingga gema dan aplikasinya masih kita temukan relevan hingga hari ini. Ada begitu banyak karya, ada begitu banyak jenis kerasulan telah dibuat karena bermula dari kemauan untuk menjawab perintah Tuhan Yesus ini.
Dan sekarang kita yang ada di sini juga mendapat giliran juga untuk menjawabinya dengan cara kita. Kita adalah pembawa khabar gembira, bukan khabar buruk, bukan khabar duka, tetapi khabar gembira.
Kita membawanya kepada segala makhluk, kepada alam ciptaan di sekitar kita, dan melewati batas-batas fisik bangsa dan tanah air kita.
(2). Seorang yang beriman teguh, yang sadar dan tahu bahwa Kristus yang bangkit menjadi jaminan pewartaanNya
Perintah kepada para murid untuk mewartakan Injil ternyata disertai juga dengan permintaan untuk percaya dan menerima baptisan sebagai salah satu sikap dasar yang mesti dimiliki oleh para murid. Injil tadi melanjutkan, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”
Jika kepada mereka yang menerima pewartaan saja telah diminta untuk memiliki sikap percaya, apalagi mereka yang dipanggil untuk mewartakan khabar gembira tersebut. Sebagai bentara Sabda Allah, para murid dan kita mesti menjadi orang yang sungguh-sungguh beriman dan percaya. Kepercayaan kepada yang mengutus kita menjadi syarat untuk mengalami berbagai pemenuhan janji. Yesus yang bangkit memegang janjiNya dan menyertai para muridNya dengan berbagai tanda dan mukjizat.
Dan Injil tadi masih memperjelas lebih lanjut demikian, “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, 18 mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."
Apakah janji penyertaan dengan berbagai tanda heran ini adalah jaminan yang dimiliki oleh para murid? Rasanya demikian. Paling kurang, itulah yang kita saksikan dari kisah hidup para kudus dan dalam diri kedua orang kudus Arnoldus Yanssen dan Yosef Freinademetz yang saya kisahkan tadi.
Keteguhan iman mereka akan janji Yesus memberanikan mereka untuk memutuskan sesuatu bagi misi. Dan ternyata dalam perjalanan waktu, keputusan mereka itu adalah sebuah keputusan yang tepat, keputusan orang yang percaya. Dan Tuhan melengkapi karya dan keputusan mereka dengan kebesaranNya. Karya misi dan karya pewartaan khabar gembira berkembang pesat hingga dewasa ini.
Bagaimana dengan kita? Apakah jaminan yang sama diperuntukan juga buat kita? YA, kalau kita pertama-tama sungguh menjadi orang yang percaya. Seorang yang dipanggil oleh Tuhan dan yang bersedia diutus olehNya sebagai bentara sabdaNya mesti menjadi orang yang percaya kepada Yesus. Ia percaya dan mendoakan panggilannya, yang menjadi tanda nyata penyerahan dirinya kepada Dia yang memanggil.
(3). Berkarya demi memajukan hak dan martabat manusia dan komunitas di mana manusia itu hidup
Seorang bentara sabda bukan saja menjadi orang yang pandai mewartakan dengan kata-katanya, melainkan juga seorang yang berusaha menjelmakan Sabda yang diwartakannya itu dengan karya dan tindakan nyata.
Jika Yesus yang adalah Sabda Allah yang kekal menjadi manusia untuk mengangkat harkat dan martabat manusia, maka karya yang melekat erat dengan pewartaan Sabda Allah tidak lain adalah usaha tanpa kenal lelah untuk memajukan hak dan martabat manusia di manapun mereka berada.
Dengan demikian karya pewartaan Sabda Allah tak akan pernah lepas dari tanggung jawab terhadap usaha memanusiakan manusia, di manapun mereka itu ada. Karya pewartaan Sabda akan selalu menjadi karya yang menghantat para penerima Sabda itu untuk menjadi semakin maju dan berkembang.
Copyright © 11 Juni 2009, by Ansel Meo SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar