SAPAAN PENGASUH


Selamat bertemu buat para pembaca dan pengunjung blog ini. Kiranya Tuhan kita Yesus Kristus, yang memanggil kita semua kepada kesempurnaan hidup dalam Bapa dan kekayaan rohani dalam KerajaanNya menganugerahkan kegembiraan dan kesuksesan dalam hidup, pelayanan dan keseharianmu.

Anda mengunjungi blog RETRET & REKOLEKSI PASTOR UDIK. Saya suka nama itu, bukan saja karena karya pastoral awal saya sebagai imam, saya lewati sambil mengunjungi berbagai kampung yang sering dicap udik alias kurang maju, tetapi juga karena mengingatkan saya, akan Yesus dari Nasareth, pastor dan gembala sejati yang para muridnya adalah orang-orang sederhana, udik dan marginal.

Apa ada persamaan di antara kita yang mengunjungi blog ini dengan para murid Yesus itu? Saya kira ada dan hal itu adalah kesediaan kita untuk duduk sambil mendengarkan DIA, sang Guru Rohani, Maestro Kehidupan yang tengah bersabda kepada kita.

Selamat menikmati sajian di blog sederhana ini. Selamat menarik diri dari keseharianmu dan menikmati detik-detik berharga berada sang Guru, Pastor dan Gembala dari udik, mulai dari Nasareth hingga ke kampung dan dusun udik pengalaman kita.

Kiranya Tuhan memberkati kita.

Ansel Meo SVD

Sabtu, September 13, 2008

From: Henry Anthony Ibrahim

"A hangover is when you open your eyes in the morning and wish you hadn't"
"May you have love that never ends, lots of money and lots of friends. Health be yours, whatever you do and may God send many blessings to you."
"If I were to wish for anything, I should not wish for wealth and power, but for the passionate sense of potential -- for the eye which, ever young and ardent, sees the possible. Pleasure disappoints; possibility never."
"Seek not that the things which happen should happen as you wish; but wish the things which happen to be as they are, and you will have a tranquil flow of life"

Jumat, September 12, 2008

Bertolaklah Lebih Dalam ! (3)


Perayaan Ekaristi


“Tuhan, Inilah Mosaik Kehidupan Religius Kami!



Doa pembukaan


Allah Bapa yang Mahatahu dan Maha Pengasih, Engkau sendirilah yang memilih dan memanggil kami. Kami menaruh harapan dan kepercayaan akan penyelenggaraanMu dalam seluruh perjalanan hidup kami. Ajarilah kami ya Tuhan untuk mengenal Engkau semakin mendalam sebagai Guru kehidupan kami. Tuhan, Engkaulah Firman Kehidupan kami, kepadaMu kami akan datang selalu. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin

Bacaan-Bacaan :


Bacaan I : Fil 3, 7 - 14

Bajaan Injil : Yoh 6 : 67-71


Renungan/Kotbah


· “Hidup yang tak direfleksikan tak layak untuk dihidupi”, itulah titik tolak permenungan kita hari ini. Kita telah menanggapi tantangan ini dengan bergulat sendiri dalam refleksi pribadi, dalam syering bersama teman-teman dan dalam syering bersama sebagai kelompok besar dan pada akhirnya pergulatan itu kita rayakan sebagai korban dan pujian kepada Tuhan bersama Kristus Sang Imam Agung dalam Ekaristi soreh hari ini.


Mengapa penting merefleksikan hidup? Kita mungkin memiliki pandangan negatip ketika dipinta membuat refleksi tentang pengalaman atau hidup kita. Sering terasa menakutkan kalau maestra meminta kita membuat refleksi, apalagi setelah itu kita dimarah-marah betapapun dibuat di depan Yesus dalam Tabernakel. Sering kita pikir tentang adanya sanksi, dstnya.


Tetapi pola hidup reflektif itu sebenarnya memiliki nuansa yang sangat positip, yang tak lain adalah proses ziarah bathin kita, di mana kita dengan jujur menelusuri seluruh lorong bathinnya – menjadi intim dengan diri sendiri, dan secara ikhlas menerima dirinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dan karenanya saat refleksi adalah saat kita berbenah diri, saat kita membangun kembali kehidupan kita yang mungkin sudah runtuh akibat kesombongan manusiawi, akibat tak rendah hati, atau akibat kecendrungan kita untuk selalu meproyeksikan semua kesalahan dan kelemahan kita kepada orang lain.


· Bagaimana pesan bacaan-bacaan dalam Misa soreh hari ini tentang hal itu?


Kepada umat Filipi, Paulus melukiskan pengalaman pertemuannya dengan Kristus. “Dalam Kristus Yesus,” kata Paulus, “semua yang dahulu itu kuanggap rugi. Bagiku pengenalan serta kepercayaanku kepada Dia jauh lebih mulia daripada apapun, karena itu masa-masa hidupku sekarang ini, kulihat sebagai usaha untuk mengejar kesempurnaan dalam Kristus itu. Dan yang sedang saya kejar itu tidak lain adalah panggilan Sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Fil 3,7.10.13-14).


· Dan kita, bagaimana kita melihat pengalaman kita sebagai religius selama ini dalam refleksi sepanjang hari ini ? Saya yakin sekali, ketika seperti Paulus, kita mendasarkan pengalaman itu atas pengenalan kita kepada Allah dalam Kristus yang memanggil kita, kita temukan begitu banyak hal positip.


Dan hal-hal itu memberikan kekuatan kepada kita, seperti : rasa bahagia dan senang karena kita mengalami : bahwa Tuhan mencintai dan memanggil kita sebagai calon-calon pengikutNya, karena kita merasa ada orang yang mendukung kita, baik itu orangtua, serikat maupun teman-teman kita; karena kita berhasil mengerjakan tugas-tugas yang dipercayakan kepada kita, berhasil mengampuni dan memaafkan orang lain; karena kita bisa menolong orang lain; karena kita bisa diperhatikan dan memperhatikan orang lain; karena lingkungan yang menyenangkan yang dipenuhi dengan orang-orang dengan keunikan kepribadiannya; dan kita berbahagia karena kita melihat bahwa berbagai pengalaman kita telah menjadikan masa novisiat kita sebuah cermin yang pantas dikenang. Selain rasa bahagia dan senang itu, kita melihat sebagai hal positip, kerinduan kita untuk mau bertemu dan berbicara dengan Tuhan yang memanggil kita; serta kekompakan kita, persatuan kita yang menjadi modal bersama dalam menapaki jalan hidup religius ini.


Di sisi lain, hal-hal positip yang kita temukan, tidak membuat kita terpukau lalu berleha-leha. Karena tokh, kita temukan juga adanya tantangan-tantangan, yang dalam kaca mata Paulus tadi ditempatkan sebagai usaha untuk mengejar yang lebih sempurna.


Dan secara jujur, kita katakan tantangan itu adalah : adanya berbagai rasa kecewa, putus asa, jengkel, marah, rasa takut, sedih karena berbagai alas an berikut ini: Kita merasa jauh dari orang-orang yang dekat dan mencintai kita, kita sering gagal mengatasi masalah yang timbul, takut tak berhasil, kita sering sulit menghidupkan harapan yang kita tempatkan kepada pundak orang lain, karena kita tak bisa berdoa ataupun bermeditasi dengan baik, kita kecewa karena pendapat dan permintaan kita ditolak, betapapun pentingnya hal itu; dan kita sering merasa sulit menghadapi orang-orang dengan perbedaan sikap, karakter dan kepribadian, dll. Baik pengalaman yang menggembirakan maupun tantangan yang telah kita hasilkan, kita gali hari ini, tak lain adalah mosaik kehidupan kita bersama, garis-garis dan warna/i yang yang telah kita ukir dalam pigura gambaran kehidupan anda.


Mosaik ini menjadi indah, bukan karena kenyataan anda masing-masing menonjolkan diri sambil membuang yang lain, tetapi karena warna warni serta garis kehidupan pribadi anda ditempatkan bersama-sama oleh sang pelukis, Tuhan Yesus sendiri. Dialah yang merencanakan hidupmu sesuai dengan rencanaNya.


· “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” tanyaNya kepada kedua belas muridNya. Apakah kamu tidak mau pulang, setelah kamu temukan begitu banyak hal dalam pengalamanmu selama ini? Akankah kita bersama Petrus menjawab Yesus, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?” Benarkah perkataan Yesus, dan warisan rohani pendiri anda adalah perkataan yang membawa hidup kekal?


· Saudari-saudari terkasih, mengakhiri permenungan kita hari ini dan kotbah singkat ini, mari kita dengarkan Gloria Trio, yang mengungkapkan iman mereka kepada Tuhan.


Judul Lagu : Engkaulah Kekuatanku
Vocal : Gloria Trio
Album : Saat Teduh, Vol. 5

Engkaulah kekuatanku, tempat perlindunganku,
Saat badai menerpa, aku tak akan goyah
Aku tak akan goyah, s’bab Engkau besertaku

Refr.


Sejauh langit dari dari bumi, begitu besarnya kasihMu
Penuhi hati kami yang rindu menyembahMu, Yesus
Sejauh langit dari dari bumi, begitu besarnya kasihMu
Kaulah Tuhan, kekuatanku, sukacitaku. (2x)


Doa Persembahan


Allah Bapa yang kekal dan kudus, Engkaulah asal dan tujua hidup kami. Terimalah kiranya persembahan roti dan anggur yang kami hunjukkan sebagai ucapan syukur kami atas penyertaanMu selama kami di Novisiat ini. Bantulah kami selalu untuk mempersembahkan segenap pengalaman kami sebagai syukur kepadaMu. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin


Doa penutup


Ya Allah Bapa kami, Gembala Agung jiwa kami, kami semua telah Kaukuatkan dengan santapan Tubuh dan Darah Yesus, Tuhan kami. Terimakasih kepadaMu karena santapan ini telah memberi kami kekuatan di jalan panggilan kami. Kiranya kami tetap percaya dan mengakui Dikau dan PuteraMu Yesus sebagai Tuhan dan Allah kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Bertolaklah Lebih Dalam ... (2)



Pengalaman Pribadi Sebagai Wadah Pengalaman Akan Allah”


Doa pembukaan :

Mazmur 8

Pengantar Singkat :

Bicara tentang pengalaman, rasanya tak baru. Tentang pengalaman, kita sering dengar ungkapan-ungkapan seperti berikut ini : “Pengalaman adalah ibu dari segala pengetahuan”, atau juga “Pengalaman adalah Guru kehidupan yang terbaik”, dst. Ungkapan-ungkapan seperti ini sesungguhnya adalah penegasan bahwa apa yang kita ketahui selalu berhubungan dengan apa yang sudah pernah kita alami dan kita rasakan. Mengapa demikian? Karena kita adalah makhluk yang tersusun dari kesatuan jiwa dan raga sekaligus. Dan sarana untuk itu tidak lain adalah tubuh kita. Tubuh kitlah sarana komunikasi antara kita dengan dunia luar dan sebaliknya.

Renungan pembukaan misa kemarin, dengan Kisah Kasih yang diceriterakan kembali sebenarnya memberikan penekanan yang sama akan pentingnya mengingat pengalaman, pentingnya merefleksikan kembali pengalaman dan memberi arti pada setiap pengalaman kita, entah itu pengalaman di novisiat sekarang, pengalaman di masa postulan, aspiran dan tentu saja pengalaman masa kecil kita bersama orangtua.

Hari ini tema pertama yang akan kita dalami sepanjang hari ini adalah Pengalaman pribadi sebagai Wadah Pengalaman akan Allah. Kita menempatkan diri kita dalam Pengalaman sebagai Novis saat ini.

Kita akan dibantu dengan lagu berikut. Kita dengarkan lagu ini, kita hayati pesannya dan kalau perlu kita doakan mereka yang disebutkan dalam lagu ini. Dan sambil mendengarkan lagu berikut, coba tulis syair lagu tersebut dan apa kira-kira jawabanmu atas pertanyaan singkat tentang lagu ini?

1. Apa saja yang menjadi tema lagu ini ?
2. Adakah hal-hal yang berlawanan yang diungkapkannya? Apa saja ?
3. Apakah lagu ini memang adalah doa sang penyanyi?

Lagu Pengantar Permenungan :

Judul Lagu : Natal di Kampung Halamanku
Vocal : Viktor Hutabarat
Album : Nostalgia Natal

Teringat saat Natal bersama di kampung halamanku,
Terkenang wajah mama papa yang aku kasihi
Bertahun sudah kita tak jumpa hati ini sangat rindu
Tuhan, sertailah mereka
Kini satu lagi tahun berganti di hari hidup kita ini
Adakah kita kan bertemu, adakah Tuhan
Selangkah saja maut menghampiri, pada hidup kita ini
Tuhan, sertailah mereka

Refr.
Bila kuingat kembali kasih sayangmu yang telah membesarkan daku
Ingin rasanya kukembali pada manisnya masa kecilku dulu, oooo
Mama, slamat Natal Mama, Papa, slamat Natal Papa
Mama, slamat Tahun Baru, Papa, slamat Tahun Baru
Kini satu lagi tahun berganti di hari hidup kita ini
Adakah kita kan bertemu, adakah Tuhan
Selangkah saja maut menghampiri, pada hidup kita ini
Tuhan, sertailah mereka

Pendalaman dan Refleksi :

· Lagu ini memang menjadikan Nostalgia Natal di Kampung Halaman sebagai salah satu temanya. Sebuah pengalaman masa lalu yang bikin rindu kampung halaman, bikin dia rindu orangtua, dan bikin orang merenung lebih lagi tentang hidupnya, ‘masih mungkinkah bertemu dengan mereka yang dikasihi?’ Betapapun jauh, dan lamanya, kerinduan seperti itu membangkitkan kenangan bahwa mereka tak terlupakan.
Pengalaman yang dituangkan dalam lagu ini juga bicara tentang topik-topik penting kehidupan. Kerinduan untuk bertemu, indahnya masa kecil dan kasih sayang orangtua, perayaan Natal dan Tahun Baru yang mempersatukan, dan tentang hidup dan kematian.
Selain itu pengalaman itu menampilkan secara jelas adanya kontras dalam kehidupan: rindu kampung halaman sementara dirinya masih di tanah rantau, kematian dan kehidupan, masa kecil dan kenyataan diri yang tengah menjadi tua.
Dan lebih dari itu, pengalaman itu membantunya memanjatkan doa bagi mereka yang dikasihinya.
Secara singkat, lagu ini adalah sebuah pengalaman hidup yang direfleksikan sehingga menjadi berarti dan bermakna. Ia menggerakan hati dan menuntun orang juga sampai kepada Tuhan dalam doa.

· Bukankah kita juga memiliki pengalaman-pengalaman itu? Pengalaman-pengalaman kita dengan indera dan perasaan kita menentukan juga cara kita melihat dunia ini. Dan salah satu dunia yang sedang kita geluti saat ini adalah Dunia Novisiat. Bagaimana indera dan perasaan-perasaanmu membantumu melihat masa novisiatmu saat ini?

· Hari ini kita akan meluangkan waktu kita untuk menelusuri kembali pengalaman-pengalaman apa yang telah kita alami selama ini dan perasaan-perasaan apa saja yang telah menyertai pengalaman itu. Karena amatlah penting merefleksikan pengalaman-pengalaman kita sehingga ia memberi makna kepada kita, memberikan kekuatan baru kepada kita. Karena salah satu prinsip hidup rohani yang penting adalah : Refleksi atas hidup menjadikan hidupmu layak untuk dihidupi. Mereflesikan pengalaman kehidupan, membuat hidup kita jauh lebih berarti, dan menjadikan hidup kita lebih layak untuk kita hidupi. Karena pengalaman masa lalu membentuk kita sekarang ini. Dan pengalaman pribadi yang kita refleksikan akan membantu kita untuk menyadari pengalaman akan Allah.

· Sebuah cerita kecil bingkisan Pater Tarsis Sigho SVD dari Taiwan, bisa menghantar kita kepada refleksi pribadi, dengan judul “Gandengan Tangan Papi”

Seorang anak putri berumur empat tahun. Sejak ia dilahirkan, ia telah ditinggal pergi oleh ayahnya. Hingga saat ini ia tak pernah bertemu ayahnya. Ayahnya tak pernah kembali lagi untuk menjenguknya, dan tentu saja ia tak pernah merasakan indahnya kasih sayang seorang bapa.

Suatu hari ia diajak dan dibawa ibunya untuk berjalan-jalan di taman. Sang ibu menggandeng tangannya, membimbingnya menikmati indahnya taman itu. Sungguh di luar pikiran sang ibu. Di saat itulah sang anak menarik tangan ibunya, meminta berhenti sejenak. Ia memandang tajam mata ibunya dan dengan penuh kerinduan berkata; “Mami.., nanti kalau aku udah punya papi lagi, mami gandeng tanganku yang ini dan papi gandeng tangan yang ini.” Katanya sambil mengangkat tangannya memberikan isyarat siapa nanti menggandeng tangan yang mana. Sungguh bisa dilihat betapa anak itu memiliki suatu kerinduan maha dalam, kerinduan akan kasih sayang seorang bapa.

Kita tak tahu apakah kerinduan sang anak itu akan tercapai. Namun satu hal adalah pasti; Kerinduan sang anak ini sungguh mewakili kerinduan abadi setiap insan akan persatuan yang intim dengan suatu realitas yang lebih besar, yakni persatuan intim dengan Tuhan sang Pencipta.

Kerinduan yang sama pernah pula didengungkan oleh Pemazmur; “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” (Mzm. 42:1-2) Ya Tuhan, hanya pada-Mulah jiwaku berharap. Amin!!

Refleksi pribadi tertulis & Pertanyaan Penuntun

Dua pertanyaan penuntun untuk refleksi Pribadi dan syering kelompok :

1. Bagaimanakah perasaan saya selama berada dalam biara selama ini ?
2. Apa yang membuat saya gembira dan apa saja yang menantang saya sebagai biarawan/wati dalam Kongregasi saya selama ini ?

Rabu, September 10, 2008

“Bertolaklah lebih dalam !” (1)


“Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam !”
… Tetapi karena Engkau Menyuruhnya, Aku akan melakukannya juga..
..


Renungan Pembukaan Retret


Kata Pembukaan


Kita sedang memasuki perahu Simon Petrus dan bersama dia, sang nelayan yang sudah berpengalaman dalam dunia dan kerjanya, kita diminta oleh Tuhan Yesus, “Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam!”.
Manakah tempat itu ? Kita akan bekerja dan menemukan apakah daya sabda yang menggerakkan Petrus itu, juga menggerakkan kita. Manakah tempat yang lebih dalam itu dalam kehidupanmu?
Kiranya seperti Petrus, kita masing-masing dan bersama-sama bisa menjawab Tuhan, “Karena Engkau yang menyuruhnya, aku akan melakukannya juga!”


Doa Pembukaan


Ya Allah yang Mahakasih, Engkaulah asal dan tujuan hidup kami. Kami bersyukur atas sapaanMu yang terus menggema dalam hati kami masing-masing, hingga menggerakkan kami memasuki hidup membiara saat ini. Utuslah RohMu ya Tuhan dan buka hati kami untuk mendengarkan Sabda dan kehendakMu melalui hari-hari retret ini. Semoga ajakan Yesus PuteraMu untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam, boleh kami jawabi dengan menemukan lagi kehendakMu bagi kami masing-masing dan bagi kami bersama. Demi Kristus, PuteraMu dan pengantara kami. Amin.


Bacaan :


Yesaya 35, 1-7a : Allah akan datang dengan pembalasan dan ganjaran
Yakobus 2, 1-5 : Bukankah Allah telah memilih orang sederhana untuk mewarisi KerajaanNya
Lukas 5,1-11: Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam.
(dibawakan oleh tiga orang: narator, Petrus dan Imam sebagai Yesus)

Narator :
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon:
Yesus :
"Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
Narator :
Simon menjawab:
Petrus :
"Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
Narator :
Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.
Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.
Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata:
Petrus :
“Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.”
Narator :
Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap;
demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon:
Yesus :
"Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."
Narator :
Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.


Kotbah / Renungan Pembukaan Retret


Tema besar Retret kita ini adalah BERTOLAKLAH KE TEMPAT YANG LEBIH DALAM, dengan sebuah sub tema “... karena Engkau menyuruhnya, Aku akan melakukannya juga”. Kalau kita merenung sejenak sambil menghubungkannya dengan bacaan-bacaan yang kita gabungkan dari Minggu Biasa ke 23 hari ini (bacaan pertama dan kedua) serta Injil khusus sesuai dengan tema, kita sebetulnya diajak untuk bertanya pada diri sendiri, manakah tempat yang lebih dalam yang dimaksudkan Yesus?


Pertanyaan lainnya yang tak kalah pentingnya untuk kita kemukakan : Apakah dalam kenyataan ataupun secara simbolis, sungguh ada tempat yang lebih dalam, yang selama ini belum pernah kita masuki? Kalau hanya pertanyaan ADA atau TIDAK ADA, kita bisa dengan gampang menjawab PASTI ADA. Tapi bagaimana menemukannya, itulah yang menjadi tugas besar kita selama retret ini. Akan kita usahakan langkah demi langkah untuk memperoleh jawaban itu. Bagaimana caranya ? Kita akan menemukannya dengan mendoakannya, dengan mensyeringkannya, dengan merefleksikannya, dengan mengkotbahkannya, tetapi terutama dengan menggalinya melalui pengalaman kita.


Karena itu RETRET 6 hari ini akan menjadi kesempatan berahmat buat kita semua, baik retretan maupun saya sebagai pendamping kalian, untuk MENDENGARKAN SUARA DIA YANG MENYURUH : BERTOLAKLAH KE TEMPAT YANG LEBIH DALAM. Dengan mendengarkanNya, dan dengan tanggapan awal milik Petrus, ‘karena Engkau menyuruhnya, Aku akan melakukannya juga’, kita berharap akan boleh mendapatkan hasil berlimpah. Kita berharap bisa menangkap banyak ikan pengalaman iman, kita berharap bisa merakit perahu-perahu program novisiat kita untuk membawa hasil tangkapan itu dan pada akhirnya, boleh menemukan siapa kita sebenarnya di hadapan Tuhan yang memanggil kita.


Kisah Kasih


Saya teringat sebuah kisah berjudul : KISAH KASIH dari Website PONDOK RENUNGAN.
Pada suatu hari saya bangun pagi-pagi untuk menyaksikan matahari terbit. Ah, keindahan ciptaan Tuhan tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Sambil mengagumi, saya memuliakan Tuhan untuk karyaNya yang agung. Sewaktu saya duduk disitu, saya merasakan kehadiran Tuhan bersama saya. Ia bertanya kepada saya: "Apakah engkau mencintai Aku?" Saya menjawab: "Tentu saja, Tuhan! Engkau adalah Allah dan Penyelamatku!" Lalu Ia bertanya: "Jika tubuhmu cacat, apakah engkau masih mau mencintai Aku?" Saya bingung. Saya memandang ke lengan, tungkai dan bagian tubuhku yanglain, dan heran berapa banyak hal yang saya anggap sudah biasa, akan tak dapat saya lakukan. Dan saya menjawab: "Akan sangat berat, Tuhan, tetapi aku akan tetap mencintai Engkau"


Kemudian Tuhan berkata: "Jika engkau buta, apakah engkau masih mau mencintai ciptaanKu?" Bagaimana mungkin saya dapat mencintai sesuatu yang tidak dapat saya lihat? Lalu saya teringat akan begitu banyak orang buta didunia dan bagaimana mereka masih tetap mencintai Tuhan dan ciptaanNya. Karena itu saya menjawab: "Sukar untuk memikirkan hal itu, tetapi aku akan tetap mencintai Engkau". Tuhan kemudian bertanya kepada saya: "Jika engkau tuli, apakah engkau masih mau mendengarkan SabdaKu?"


Bagaimana mungkin saya mendengarkan sesuatu bila tuli? Lalu saya mengerti. Mendengarkan sabda Tuhan bukan hanya dengan telinga, tetapi juga dengan hati.


Saya menjawab: "Akan sulit sekali, Tuhan, tetapi aku akan tetap mendengarkan SabdaMu"
Kemudian Tuhan bertanya: "Jika engkau bisu, apakah engkau masih mau memuliakan NamaKu?" Bagaimana mungkin saya memuji tanpa suara? lalu saya terpikir: Tuhan menghendaki kita bernyanyi dari lubuk hati, bagaimanapun bunyinya. Dan memuliakan Tuhan tidak harus selalu dengan nyanyian; saat kita dianiayapun dapat kita ucapkan kata-kata pujian. Jadi saya menjawab: "Biarpun aku bisu, aku akan tetap memuliakan NamaMu" Lalu Tuhan bertanya: "Apakah engkau sungguh-sungguh mecintai Aku?" Dengan berani dan tanpa ragu saya menjawab tegas: "Ya. Tuhan! Aku mencintai Engkau, sebab Engkaulah satu-satunya Allah yang benar!" Saya kira saya menjawab dengan baik, tetapi..............


Tuhan bertanya: "LALU MENGAPA ENGKAU BERBUAT DOSA?" Saya menjawab: "Sebab aku seorang manusia. Aku tidak sempurna" "LALU MENGAPA PADA WAKTU TENTERAM ENGKAU MENYIMPANG PALING JAUH? MENGAPA HANYA BILA SUSAH ENGKAU BERDOA PALING SUNGGUH-SUNGGUH?" Tidak ada jawaban. Hanya air mata.
Tuhan melanjutkan: "Mengapa Bernyanyi hanya pada waktu berdoa bersama dan retret? Mengapa mencari Aku hanya pada waktu ibadat? Mengapa memohon sesuatu dengan begitu mementingkan diri sendiri? Mengapa memohon sesuatu dengan begitu tidak tepat?" Air mata mengalir terus ke pipi saya.


Mengapa engkau malu akan Aku? Mengapa engkau tidak menyebarluaskan Kabar Gembira? Mengapa pada waktu dianiaya engkau menangis kepada orang lain, sementara Aku menawarkan pundakKu sebagai tempat menangis? Mengapa mengemukakan berbagai macam alasan sewaktu Aku memberi kesempatan kepadamu untuk melayani dalam NamaKu?"
Saya berusaha menjawab, tetapi tidak ada jawaban yang dapat saya berikan. "Engkau telah diberkati dengan kehidupan. Jangan sia-siakan berkat ini. Aku telah menganugerahkan bakat untuk melayaniKu, namun engkau menolak. Aku telah mengungkapkan sabdaKu, namun pengetahuanmu tidak bertambah. Aku telah berfirman kepadamu, namun engkau menutup telingamu. Aku telah memperlihatkan berkat-berkatKu, namun engkau membuang muka. Aku telah mengirim pelayan-pelayan, namun engkau membiarkan mereka diusir. Aku telah mendengarkan doa-doamu dan Aku telah menjawab semuanya"


"APAKAH ENGKAU SUNGGUH-SUNGGUH MENCINTAI AKU?" Saya tidak dapat menjawab. Bagaimana mungkin saya dapat? Saya malu tak terhingga. Saya tidak punya alasan. Apa yang dapat saya katakan terhadap ini? Setelah hatiku menjerit dan air mata mengalir, saya berkata: "Ampunilah aku, ya Tuhan. Aku tak pantas menjadi anakMu".


Tuhan menjawab: "Itulah rahmatKu, anakKu" Saya bertanya: "Lantas mengapa Engkau terus-menerus mengampuni aku? Mengapa Engkau begitu mencintai aku?"
Tuhan menjawab: "Karena engkau adalah ciptaanKu. Engkau adalah anakKu. Aku tak pernah akan meninggalkanmu" Bila engkau menangis, Aku akan terharu dan menangis bersamamu. Bila engkau berteriak kegirangan, Aku akan tertawa bersamamu. Bila engkau sedih, Aku akan membesarkan hatimu. Bila engkau jatuh, Aku akan mengangkatmu. Bila engkau lelah, Aku akan menggendongmu. Aku akan menyertaimu sampai akhir jaman, dan Aku akan mencintai engkau selama-lamanya"


Tak pernah saya menangis sekeras itu. Bagaimana mungkin hati saya telah begitu dingin? Bagaimana saya menyakiti Tuhan seperti yang telah saya lakukan? Saya bertanya kepada Tuhan: "Seberapa besar kasihMu padaku?" Tuhan membentangkan kedua tanganNya, dan saya melihat bekas-bekas tembusan paku. Saya bersujud di hadapan KRISTUS, PENYELAMATKU. Dan untuk pertama kalinya saya sungguh-sungguh berdoa.
“Apakah Engkau Mencintai Aku?”


Ajakan Tuhan untuk BERTOLAKLAH KE TEMPAT YANG LEBIH DALAM, dalam versinya yang lain, sesungguhnya adalah ajakan untuk menjawab pertanyaan Tuhan dalam kisah di atas, “APAKAH ENGKAU MENCINTAI AKU?” Apakah kita yang telah memasuki hidup membiara ini SUNGGUH MENCINTAI TUHAN yang telah memanggil kita? Dalam segala situasi hidup, dan dalam kondisi apapun yang kita miliki ?


Inspirasi bacaan-bacaan pada Misa Pembukaan Retret ini bisa menuntun kita sampai kepada jawaban atas pertanyaan Tuhan.


· Tantangan Injil untuk menanggalkan kemapanan semu dan terbuka bagi pelaksanaan rencana Allah :


Injil yang barusan kita dengarkan sebetulnya adalah sebuah tantangan. Tantangan untuk menanggalkan kemapanan, melucuti keyakinan diri yang semu atas potensi diri sendiri yang tak menghasilkan daya guna atau keuntungan baik secara rohani maupun secara jasmaniah. Bayangkan bagaimana rasanya ketika Petrus, dkk, yang adalah nelayan-nelayan ulung itu dikoreksi oleh Yesus, yang menurut mereka cumalah seorang tukang kayu dari dusun Nasareth. Bagaimana seorang Petrus dan kawan-kawannya yang merasa diri lebih tahu, lebih profesional diberi petunjuk baru tentang pekerjaan yang selama ini dilakukannya? Petrus pasti merasa ditelanjangi. Mereka merasa diitantang.


Hanya saja tantangan itu datang dari orang yang mereka lihat sebagai Guru. Dan cobalah temukan keteduhan dalam suruhan itu. Sebuah ajakan penuh kasih, lahir dari rasa kasihan, dari cinta yang mendalam untuk menuntun Petrus dan kawan-kawannya ke jalan yang benar. Dan syukurlah, orang-orang yang dipanggil Yesus ini memiliki sikap kerendahan hati yang luar biasa, sikap mau mendengarkan, serta sikap saling membantu. Sikap seperti inilah yang memampukan Petrus dan kawan-kawannya bisa menemukan siapakah mereka di hadapan Yesus. Seorang berdosa. Mereka berubah, mereka bertobat dan membuka diri mereka bagi rencana Yesus bukan hanya bagi diri mereka tetapi bagi seluruh dunia. “Jangan takut, mulai dari sekarang, engkau akan menjadi penjala manusia.”


Pertanyaan Tuhan, ‘Apakah engkau mencintai Aku?’ dijawab Petrus dan kawan-kawannya dengan perubahan hidup, menemukan diri sendiri dan lebih dari itu terbuka untuk membiarkan diri mereka dipakai Yesus dalam karya penyelamatanNya. Cinta yang sejati harus menyata dalam kerelaan untuk membiarkan diri digunakan oleh Yesus seturut rencanaNya.


· Kita menjadi ahli waris kerajaan karena Allah yang memilih kita. Dialah pembimbing utama retret kita :


Inilah inti tulisan dari surat Santo Yakobus dalam bacaan ke dua hari ini. Sebuah penegasan yang bermakna ganda. Di satu pihak, kita disadarkan bahwa keberhasilan setiap panggilan dan tentu juga setiap karya sumbernya pada Allah, bukan pada status atau kedudukan seseorang ketika dia dipanggil. Allahlah yang memilih kita, betapapun hina dan miskinnya kita di hadapanNya, untuk menjadikan kita ahli waris, anakNya sendiri, karena kita mengasihi Dia, bukan karena kita adalah orang-orang berpunya. Dan di pihak lain, kita diingatkan bahwa pilihan keberpihakan Tuhan adalah mengutamakan orang-orang miskin dan sederhana.


Kisah di atas menambahkan, “Engkau telah diberkati dengan kehidupan, maka janganlah sia-siakan berkat itu.” Dan lebih lanjut, ketika ditanya, “Mengapa Tuhan terus-menerus mengampuni aku dan begitu mencintai aku?” Dia menjawab, “"Karena engkau adalah ciptaanKu. Engkau adalah anakKu. Aku tak pernah akan meninggalkanmu" Bila engkau menangis, Aku akan terharu dan menangis bersamamu. Bila engkau berteriak kegirangan, Aku akan tertawa bersamamu. Bila engkau sedih, Aku akan membesarkan hatimu. Bila engkau jatuh, Aku akan mengangkatmu. Bila engkau lelah, Aku akan menggendongmu. Aku akan menyertaimu sampai akhir jaman, dan Aku akan mencintai engkau selama-lamanya"


Retret ini adalah saat mengalami Allah yang mencintai kita dan Allah yang mengampuni kita. Dialah pelakon utama retret ini, saya dan anda harus membiarkan diri terbuka bagi RohNya. Kita akan bertemu dengan Allah yang terharu dan menangis bersama kita, yang tertawa ketika kita gembira, dan yang membesarkan hati ketika kita bersedih.


· Allah sendirilah yang mengganjari dan menyelamatkan kita :


Dan harapan akhir yang kita timbun dalam Retret kali ini adalah agar Allah sendirilah yang akan mengganjari dan menyelamatkan kita. Dialah yang menyatakan diriNya sendiri kepada kita. Untuk itu kata-kata Yesaya menawarkan hiburan buat kita semua, “Kuatkanlah hatimu, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaranNya. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu”. Lebih dari itu buah-buah penyelamatan Allah terasa nyata dan membawa kesukaan, “mata orang-orang buta akan dicelikkan, telinga orang tuli akan dibuka, orang lumpuh bisa melompat, mulut orang bisa bersorak”. Dan alam serta lingkunganpun menjadi sahabat, “di padang gurun akan ada mata air, dan sungai mengalir di padang belantara, tanah kersang akan menjadi sumber air.”


Mengapa hal ini mungkin ? Kisah di atas mengingatkan kita, ketika Tuhan bertanya: "Jika engkau buta, apakah engkau masih mau mencintai ciptaanKu?" Bagaimana mungkin saya dapat mencintai sesuatu yang tidak dapat saya lihat? Lalu saya teringat akan begitu banyak orang buta didunia dan bagaimana mereka masih tetap mencintai Tuhan dan ciptaanNya. Karena itu saya menjawab: "Sukar untuk memikirkan hal itu, tetapi aku akan tetap mencintai Engkau". Saat Retret ini adalah saat untuk mengalami penyelamatan Allah yang tengah bekerja di sini, melalui retret ini dan melalui anda sekalian.


· Karena itu, bersama Petrus dan kawan-kawannya, mari kita mengatakan kepada Tuhan Yesus, “TUHAN, KARENA ENGKAU MENYURUHNYA, AKU AKAN MELAKUKANNYA JUGA.” Mari kita memasuki Retret ini sebagai kesempatan memasuki perahu Simon dan bersama Simon mengikuti perintah Sang Guru. Selamat bertolak ke tempat yang lebih dalam. SELAMAT BERKHALWAT.


Doa Umat


Doa Persembahan


Ya Allah dan Bapa kami, bersama roti dan anggur ini, kami persembahkan pula seluruh diri kami, panggilan kami serta hari-hari retret kami ini. Kami percaya, Engkau selalu beserta kami dalam segala perjuangan kami. Kami percaya bahwa cintaMu tak pernah padam atas kami anak-anakMu. Persatukan niat-niat dan ujud kami dalam kurban Kristus ini, sehingga kami boleh mengalami kehadiranMu yang menyelamatkan. Kuatkanlah kami agar setia di jalan panggilan ini. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.


Lagu Permenungan / Komunio


Judul Lagu : Tuhan, Engkau Tahu Aku mengasihiMu.
Album : BENTARA SABDA, 2003
Music & Vocal : Eman Weroh SVD.
Syair : Ansel Meo SVD.

Didepan mataku, ladangnya terhampar
Tuaian menanti, di manakah penuai
Dunia jamanmu medan perutusanmu
Nantikan jawabmu, jawabanmu pasti

Pandanglah di sana domba gembalaan
Menanti tuntunan di manakah gembala
Padang membentang lihatlah di sana
Bersediakah jadi gembala dombaNya ?

Refr.
Engkau tahu … Tuhanku, Aku mengasihiMu
Ini aku…Tuhanku, Kumau jadi abdiMu
Pakailah seturut firmanMu

Danau dan lautnya luas membentang
Berlimpah ikannya, mana nelayannya
Dengar perintahnya, “Labuhkan jalamu!”
Bertolaklah sekarang, Turuti FirmanNya.


Doa Penutup


Allah Bapa yang Maha Pengasih, kami sungguh bersyukur atas panggilanMu atas diri kami masing-masing, yang kini kami usahakan untuk berkembang. Semoga berkat kekuatan Santapan Sabda dan Tubuh – Darah Kristus PuteraMu, benih panggilan ini semakin bertumbuh subur, sehat dan segar. Kiranya hati kami menjadi kebun yang memadai untuk bertumbuhNya panggilanMu, berkat hari-hari berahmat yang hendak kami masuki ini. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin


Berkat Penutup