SAPAAN PENGASUH


Selamat bertemu buat para pembaca dan pengunjung blog ini. Kiranya Tuhan kita Yesus Kristus, yang memanggil kita semua kepada kesempurnaan hidup dalam Bapa dan kekayaan rohani dalam KerajaanNya menganugerahkan kegembiraan dan kesuksesan dalam hidup, pelayanan dan keseharianmu.

Anda mengunjungi blog RETRET & REKOLEKSI PASTOR UDIK. Saya suka nama itu, bukan saja karena karya pastoral awal saya sebagai imam, saya lewati sambil mengunjungi berbagai kampung yang sering dicap udik alias kurang maju, tetapi juga karena mengingatkan saya, akan Yesus dari Nasareth, pastor dan gembala sejati yang para muridnya adalah orang-orang sederhana, udik dan marginal.

Apa ada persamaan di antara kita yang mengunjungi blog ini dengan para murid Yesus itu? Saya kira ada dan hal itu adalah kesediaan kita untuk duduk sambil mendengarkan DIA, sang Guru Rohani, Maestro Kehidupan yang tengah bersabda kepada kita.

Selamat menikmati sajian di blog sederhana ini. Selamat menarik diri dari keseharianmu dan menikmati detik-detik berharga berada sang Guru, Pastor dan Gembala dari udik, mulai dari Nasareth hingga ke kampung dan dusun udik pengalaman kita.

Kiranya Tuhan memberkati kita.

Ansel Meo SVD

Jumat, Mei 30, 2008

KOMUNITAS UNTUK SAUDARA & PELAYANAN (2)

Renungan Pertama

Dua Puteri Menjadi Anggota Komunitas Murid Yesus

Teks : Markus 5 : 21 – 43. (Bandingkan juga Matius 19,18-26)
21 Sesudah Yesus menyeberangi lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, 22 datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya 23 dan memohon dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup." 24 Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan didekat-Nya.
25 Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. 26 Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya, malah sebaliknya keadaanya makin memburuk. 27 Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. 28 Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." 29 Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. 30 Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" 31 Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?" 32 Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu, 33 Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. 34 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"
35 Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" 36 Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!" 37 Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes saudara Yakobus. 38 Mereka tiba di rumah kepada rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. 39 Sesudah itu Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut, dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" 40 Tetapi mereka menertawakan Dia.
Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. 41 Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum" yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" 42 Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. 43 Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.
***
Apa yang kita lihat di sini merupakan satu dari sekian banyak contoh dalam Injil Markus tentang apa yang disebut dengan teknik narasi sandwich atau roti lapis, di mana dua ceritera berbeda digabungkan menjadi satu. Ceritera pertama umumnya dibagi menjadi setengah-setengah dan ceritera kedua dimasukkan di antara keduanya. Tetapi tidak semua ahli KS setuju dengan pendapat ini, dengan menegaskan bahwa keterlambatan Yesus tiba di rumah Yairus yang disebabkan oleh penyembuhan wanita itu adalah bahagian integral dari ceritera Yairus. Dan lebih dari itu, kita temukan hal yang tak biasa di sini, bahwa seorang pegawai tinggi agama Yahudi memiliki iman yang kuat akan Yesus. Tapi mungkin inilah karakter historis yang khas dari kisah ini.
Kisah ini dibangun dari penyembuhan dari satu orang yang menghantar kepada penyembuhan bagi yang lain. Juga termasuk bagaimana kontrasnya kesaksian terang-terangan yang diberikan oleh wanita yang menderita pendarahan dan perintah untuk diamkan kisah penyembuhan dari puteri Yairus.
Yang jelas, perikope ini mau tunjukkan kepada pembaca dan kita bagaimana caranya Injil atau khabar gembira menjangkau mereka yang berada dalam lapisan paling dasar suatu komunitas atau masyarakat ( wanita tanpa nama yang menderita pendarahan dan dicap sebagai orang tak bersih) dan mereka yang ada pada tingkat paling tinggi dalam masyarakat atau komunitas (Yairus dan keluarganya).
1. Ayat 21 – 27 : Kisah dimulai sekali lagi dengan peristiwa Yesus dikelilingi banyak orang ketika Dia mendarat di pantai Danau Galilea. Yesus kemudian didekati oleh seorang kepala sinagoga, yang putrinya dalam keadaan sakit hampir mati, yang melupakan posisi serta kebanggaan status kemasyarakatannya berlutut di depan kaki Yesus sambil meminta pertolongan Yesus. Biasanya kata ‘tersungkur di depan kaki’ hanya dibuatnya sebagai bentuk ibadah, yang rupanya tidak dimaksudkan di sini. Lalu situasi anaknya juga dilukiskan dengan ‘sakit dan hampir mati’. Dan Yesus dimohon dengan sangat untuk datang dan meletakkan tangan atas gadis kecil itu, yang pada ayat 42 dilukiskan sebagai seorang yang berumur 12 tahun.
Yesus setuju dengan permintaan itu dan ketika Dia menuju rumah Yairus, banyak sekali orang berdesak-desakan di dekatNya. Kayak di pasar Senggol di Ende atau pasar Porta Portese di Roma rupanya. Dan di antara mereka ini ada seorang wanita yang menderita pendarahan selama 12 tahun. Markus sebut juga bahwa dia keluarkan banyak uang untuk mendatangi berbagai dokter, tapi tak sembuh malah semakin miskin. Dan kontrasnya, Yesus sang penyembuh sejati akan menyembuhkan wanita ini tanpa biaya sedikit pun. Wanita ini juga mungkin digolongkan sebagai wanita yang tak bersih karena sakit pendarahan (sebagaimana disebutkan dalam Imamat 15:25-30). Dan dengan harapan akan suatu penyembuhan, dia menyentuh jumbai jubah Yesus yang biasanya dimiliki oleh orang yang menjalankan Taurat dengan baik (Bil. 15:38-40; Ul. 22:1-2). Dan Markus menyatakan bahwa Yesus memiliki kekuatan ini (bdk. Mk. 6:56)
2. Ayat 28 – 34 : Ayat 28 memberikan kita keterangan bahwa wanita ini percaya akan kekuatan magik dari Yesus, sehingga dia berpikir bahwa dengan menyentuh ujung jubahNya saja akan disalurkan kesucian dan kekuatan penyembuhan ke dalam dirinya yang membuat dia sembuh. Tetapi mungkin saja kepercayaannya itu hanya berdasarkan keterangan ttg kekuatan magis yang didengarnya tentang Yesus.
Ayat 29 menekankan bahwa tiba-tiba saja pendarahannya terhenti dan wanita sadar akan apa yang terjadi. Demikian juga yang terjadi dengan Yesus, bahwa Yesus sadar akan adanya kekuatan yang keluar dari diriNya. Maka, ayat 30, Yesus berpaling kepada orang banyak dan bertanya, “Siapa yang menjamah jubahKu?” Maksud pertanyaan Yesus ini rupanya supaya iman wanita itu berubah dari sebatas kepada seorang yang berkuatan magic kepada jubah orang kudus. Yesus nampaknya mau agar wanita ini memberikan kesaksian kepada orang banyak tentang imannya dan tentang penyembuhan yang diterimanya. Dalam arti tertentu, kita boleh katakan bahwa Yesus ingin memberikan satu contoh dari wanita ini tentang imannya.
Ayat 31 menjelaskan bahwa murid-murid Yesus tak memiliki pengertian secara spiritual, malah bego atau rasa heran bahwa Yesus tanya siapa yang sentuh Dia di tengah kerumunan orang banyak itu. Kelihatan di sini wanita ini mengambil resiko karena ia sebagai wanita tak bersih menyentuh orang yang dianggap suci. Makanya ayat 33, dia datang kepada Yesus dengan takut dan gemetar, lalu tersungkur di depan Yesus dan memberitahukan dengan tulus apa yang sudah terjadi. Dia mengaku dengan terus terang, karena sebenarnya ia ingin pergi dengan diam-diam tanpa diketahui orang, tetapi dia juga takut kalau-kalau nanti kedapatan (karena hal demikian tak diperbolehkan oleh agama Yahudi, bahwa wanita dengan sakit pendarahan berada di tempat umum). Tetapi Yesus menjamin si wanita ini dengan berkata, “imanmu telah menyelamatkan engkau, anakKu, Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu.” (bdk Yoh 5:6,9,11-15 dan Yoh 7:23).
Di sini Yesus menunjukkan bahwa bukan jubahnyalah yang menyembuhkan tetapi IMAN AKAN DIA-lah yang menjadi sarana dengannya dia menerima penyembuhan. Hal ini bertentangan dengan apa yang terjadi di antara para muridNya. Para murid seringkali menanggapi perkataan Yesus secara sederhana saja, ‘Siapa yang sentuh Aku?’ Perhatikan bahwa Yesus tidak hanya bahwa wanita itu sembuh tetapi juga menyatakan bahwa DAMAI ALLAH, SYALLOM atau keseimbangan itu kini menjadi milik wanita itu dan kini wanita itu bisa diintegrasikan kembali ke dalam komunitas. Jadi pernyataan Yesus (ayat 34) harus diartikan bahwa Yesus menginginkan agar si wanita ini tahu dan menerima bahwa dia sekarang menjadi utuh kembali, menjadi anggota komunitas lagi.
3. Ayat 35 – 43 : Sampai di sini utusan dari rumah Yairus datang dan melaporkan bahwa putrinya telah meninggal dan mereka bertanya, “Apa perlunya lagi merepotkan sang Guru lebih jauh?” Dan berikutnya (ayat 36) menunjukkan bagaimana Yesus tak peduli dengan penyampaian itu dan memberanikan Yairus untuk tetap percaya serta jangan takut. Dan ketika tiba di rumah Yairus, Yesus hanya membolehkan Petrus, Yakobus dan Yohanes dari mereka yang bukan penghuni rumah itu dan meninggalkan yang lainnya di luar. Mereka bertiga menjadi wakil untuk menyaksikan mukjisat, yang memang sangat penting dalam situasi di mana Yesus sudah dituduh bersekutu dengan setan (bdk Mrk 3). Dan Yesus kini akan mematahkan alat terakhir dari kekuatan kegelapan dan musuh terakhir yakni kematian,
Begitu memasuki rumah, Yesus melihat keributan dan tangisan di sana, dan Dia bertanya kepada mereka, kenapa berbuat seolah-olah gadis itu sudah mati, kataNya, “Dia tidak mati tetapi tidur.” Dan tanggapan mereka? Mereka menertawakan Yesus. Boleh jadi mereka ini para peratap bayaran ataupun anggota keluarga, yang memahami bahwa memang gadis itu akan terus hidup karena berada dalam keadaan koma.
Dan Yesus membawa ayah, ibu dan tiga orang murid itu ke kamar si gadis kecil. Dan di hadapan mereka, Dia memegang tangan anak itu (ayat 41) seperti yang dibuatNya kepada ibu mertua Petrus, tetapi di sini disertai dengan perintah, “Hai anak, aku berkata kepadamu, bangunlah!” (bahasa Aram : talita kum). Markus mau tunjukkan dengan ungkapan ini bahwa Yesus tak menggunakan formula magik untuk membangkitkan gadis kecil itu.
Dan cerita ini juga menunjukkan satu dari tiga kesempatan di mana Petrus, Yakobus dan Yohanes mengalami kejadian spesial bersama Yesus ( Mk 9:2, Mk 14:33 dan Mk 13:3). Untuk membantu gadis ini kembali normal, Yesus memberikan perintah bahwa mereka mesti memberi bantuan secara pisik karena gadis ini membutuhkan bantuan secara phisik yaitu memberi dia makan.
Makna dan Pesan
(a). Semua orang dapat menjadi anggota Komunitas Yesus, menjadi putera-puteri BapaNya, dan saudara-saudariNya.
Komunitas Yesus, demikianpun komunitas kita seyogyanya adalah komunitas yang terbuka bagi semua orang, siapa saja dari asal-usul mana saja dengan status apa saja dapat menjadi anggota komunitas. Pada mulanya memang semua orang diundang demikian, tetapi setelah diperkenalkan masuk ke dalam komunitas, para anggotanya diminta untuk memiliki iman akan Dia yang memanggil.
Jadi komunitas religius, komunitas murid Yesus sesungguhnya adalah komunitas beriman. Yesus menjadikan mereka putera dan puteri BapaNya dan saudara-saudaraNya, yakni mereka yang memiliki iman dan kepercayaan akan Dia.
Refleksi Pribadi : Sebagai orang terpanggil, apa yang menjadi dasar bagi kita untuk menjadi anggota komunitas Yesus? Atas dasar iman ataukah ?
(b). Mereka yang menjadi anggota Komunitasnya sekaligus menjadi saksi iman akan Dia di hadapan dunia (orang banyak).
Baik wanita yang sakit pendarahan maupun orangtua si gadis kecil dan para murid Yesus, sebenarnya tak pernah bermaksud agar hubungan mereka dalam iman akan Yesus diketahui orang banyak. Wanita anonim itu lebih suka tak diketahui identitasnya. Juga Yairus sebagai seorang kepala Sinagoga, pasti normal kalau tak mau bahwa orang tahu tentang kepercayaannya akan Yesus. Dua situasi yang kalau diketahui publik akan ditentang. Tetapi yang terjadi di sini ialah bahwa keduanya diminta untuk menampilkan diri terus terang, untuk menjadi saksi bagi yang lain.
Mereka diminta untuk bersaksi tentang Dia, tentang kuasa penyembuhannya, tentang karya kebaikanNya, tentang perhatian dan cintaNya kepada semua orang.
Kita dan komunitas kita tak pernah dimaksudkan untuk menjadi komunitas untuk diri sendiri, tetapi untuk misi, untuk kesaksian dan untuk pelayanan dan untuk itu, perlu memiliki iman dan kepercayaan bahwa Dia yang memanggil kita menghendakinya demikian. Komunitas kita bukan untuk membangun kenyamanan atau pelarian dari dunia dan kerumunan orang banyak, tetapi untuk menyatakan bahwa Tuhan sedang berkarya melalui kita.
Refleksi Pribadi : Sebagai kaum religius, bagaimana cara kita menghadirkan kesaksian iman akan Yesus di tengah dunia di mana kita hidup dan berada?
(c). Tujuan penerimaan ke dalam Komunitas adalah untuk mengembalikan syaloom, damai Allah, harmoni yang dikehendaki Allah, menjadikan orang utuh.
Baik wanita yang sakit pendarahan maupun gadis kecil puteri Yairus adalah dua figur yang mewakili mereka yang sebenarnya menyebabkan terjadinya ketakseimbangan dalam komunitas. Wanita anonim itu adalah seorang yang terbuang, dijauhkan dari tengah masyarakat karena sakit pendarahannya. Mereka ini praktisnya tidak boleh berada di tengah orang banyak, harus melihat diri sebagai orang kotor. Dan karenanya menderita sangat. Dan Yesus dalam pewartaannya mengutamakan kelompok orang terbuang seperti ini, itulah sebabnya ketika mengetahui ada kekuatan yang keluar dari dirinya yang dialami oleh wanita ini, Yesus membuatnya diketahui. Yesus mengembalikan dia ke tengah masyarakat, komunitasnya dan dengan mengembalikan dia, Yesus mengembalikan keutuhan dirinya dan keutuhan serta syaloom ke dalam masyarakat.
Begitupun dengan puteri Yairus. Usianya 12 tahun, dan terbaring sakit telah menyebabkan ketak seimbangan dalam keluarga Yairus, telah membuat Yairus terbagi perhatian dalam tugasnya.
Dan menyembuhkan keduanya adalah mengembalikan syaloom, damai, keutuhan, keseimbangan itu. Mereka adalah orang yang utuh, memiliki kedamaian, keharmonisan dengan semua.
Refleksi Pribadi : Apakah kehadiranmu dalam komunitasmu juga berarti hadirnya keutuhan ataukah Cuma perpecahan dan ketakharmonisan?
(d). Yesus juga yang mengalahkan kekuatan terakhir kuasa kegelapan yakni kematian dan murid harus menjadi saksinya
Kehadiran Yesus dan komunitasnya adalah tantangan kepada kuasa kegelapan, dosa, penyakit dan budaya kematian. Wanita anonim itu percaya sungguh bahwa Yesus adalah seorang yang suci dan agama Yahudinya mengingatkan bahwa menyentuh jubah orang suci akan membawa kebaikan, keselamatan dan penyembuhan. Begitupun Yairus melihat bahwa putrinya yang bergulat di hadapan maut hanya akan bisa sembuh kalau Yesus, orang suci ini mau meletakan tangan atasnya. Maka keduanya dengan penuh resiko (biarpun berbeda-beda resiko itu bagi mereka) memutuskan untuk meminta intervensi Yesus. Dan karena motif iman mereka akan Yesus, maka penyakitpun sembuh dan anak itu dibebaskan dari kematian.
Kita menjadi anggota komunitas religius juga seyogyanya memiliki sikap yang sama seperti mereka. Memiliki iman akan Yesus yang mampu mengalahkan kekuasaan kegelapan mesti menjadi milik kita. Dan lebih dari itu kita harus menjadi saksi bahwa bersama Yesus kekuatan yang membawa kematian, ketidakharmonisan bisa dipatahkan.
Refleksi Pribadi : Sebagai anggota komunitas religius, apakah anda menjadi saksi yang mematahkan kuasa kegelapan ataukah justru membuat kuasa kegelapan itu berkembang subur karena ketakpercayaanmu
@ Roma, 2007-2008 - P. Ansel Meo SVD

Tidak ada komentar: