SAPAAN PENGASUH


Selamat bertemu buat para pembaca dan pengunjung blog ini. Kiranya Tuhan kita Yesus Kristus, yang memanggil kita semua kepada kesempurnaan hidup dalam Bapa dan kekayaan rohani dalam KerajaanNya menganugerahkan kegembiraan dan kesuksesan dalam hidup, pelayanan dan keseharianmu.

Anda mengunjungi blog RETRET & REKOLEKSI PASTOR UDIK. Saya suka nama itu, bukan saja karena karya pastoral awal saya sebagai imam, saya lewati sambil mengunjungi berbagai kampung yang sering dicap udik alias kurang maju, tetapi juga karena mengingatkan saya, akan Yesus dari Nasareth, pastor dan gembala sejati yang para muridnya adalah orang-orang sederhana, udik dan marginal.

Apa ada persamaan di antara kita yang mengunjungi blog ini dengan para murid Yesus itu? Saya kira ada dan hal itu adalah kesediaan kita untuk duduk sambil mendengarkan DIA, sang Guru Rohani, Maestro Kehidupan yang tengah bersabda kepada kita.

Selamat menikmati sajian di blog sederhana ini. Selamat menarik diri dari keseharianmu dan menikmati detik-detik berharga berada sang Guru, Pastor dan Gembala dari udik, mulai dari Nasareth hingga ke kampung dan dusun udik pengalaman kita.

Kiranya Tuhan memberkati kita.

Ansel Meo SVD

Jumat, Mei 30, 2008

KOMUNITAS UNTUK SAUDARA & PELAYANAN (4)

Renungan Ketiga :

Komunitas Persaudaraan - Jangan Menyebabkan Penyesatan

1. Lagu / Doa Pembukaan
2. Bacaan : Matius 18 : 6-9
6"Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. 7Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.
8Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. 9Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.
3. Memahami Teks dan Strukturnya
Membaca penggalan Injil ini, kita bisa mengatakan secara singkat bahwa ada tantangan yang dimunculkannya. Ajakan Yesus di sini memang sangat menantang dalam hidup seorang murid. Pertanyaannya “Apakah mungkin komunitas Murid Yesus dapat saling mendukung dan saling menanggung di dalam hidup bersama mereka sebagai murid?” Tantangan dan kesulitan seperti inilah yang kiranya memunculkan awasan di atas “Janganlah kamu menyebabkan penyesatan!”.
Untuk lebih memahami maksud teks ini, kita perhatikan struktur teks Injil ini secara teliti. Dan hemat saya kita bisa membaginya tas tiga bagian penting:
(a). Pengantar tentang tema-tema kunci (Mt 18:6) : Teks ini dimulai dengan satu introduksi atau pengantar sbb, “Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku.” Pesannya sangat jelas yakni siapa yang menyebabkan penyesatan, siapa yang menyebabkan orang jatuh atau berdosa digolongkan sebagai orang yang melakukan pelanggaran berat.
Ungkapan ‘menyesatkan’ atau menyebabkan penyesatan adalah salah satu cara untuk mengatakan tentang tanggapan atau reaksi negatip atau penolakan terhadap warta yang dibawa Yesus. Juga dipakai untuk melukiskan juga tentang keadaan seorang murid yang mulai percaya kepada warta Yesus tetapi kemudian menjadi ragu-ragu untuk menjadi murid karena menghadapi tantangan, kesulitan dan penganiayaan. Hal seperti ini bisa ditemukan dalam Mt 13,21 dalam perumpamaan tentang penabur. Kata ‘sesat’ juga ditemukan dalam Mt 13,41-42 bahwa anak manusia akan mengadili orang yang menyesatkan dala pengadilan eskatologis. Lebih dari itu, kata sesat juga dipakai untuk menegur Petrus dalam Mt 16,23 ketika Yesus mengatakan “Engkau suatu batu sandungan bagiku.”
Selain kata ‘sesat’ Yesus juga menggunakan ungkapan kunci lain di sini yakni “salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu.” Maksud apa sebenarnya di sini? Yesus mau tunjukkan tentang betapa rapuh dan lemahnya para murid ketika berhadapan dengan tantangan dan kesulitan. Dan ungkapan ini tak hanya ditunjukkan hanya kepada sekelompok murid tetapi semua murid Yesus karena semuanya rapuh tetapi semua mereka juga percaya kepada Yesus. Mereka ini kecil baik karena jumlahnya sedikit maupun karena mereka memang lemah (7:13-14). Ini benar jika mereka berhadapan dengan para elit baik politik, sosial, ekonomi maupun agama. Mereka tak memiliki kekuatan sedikitpun. Kendatipun mereka demikian, bagi Yesus mereka adalah para agennya, mereka diutus (Mt 10, 1-5), yang dikuatkan oleh Roh Kudus (Mt 10,20) dan bagi mereka ada jaminan bahwa mereka akan berhasil melaksanakan rencana Allah jika mereka tetap setia (Mt 10,32-33). Bagi Yesus mereka ini dilukiskan sebagai ‘mereka yang percaya kepadaKu”.
Dari mereka ini Yesus meminta kepercayaan dan kebergantungan mereka kepadaNya dalam pelaksanaan misiNya. Dan Yesus menunjukkan secara jelas bahwa kepercayaan yang kuat kepadaNya memang tak Ia temukan di antara para elit tetapi di antara orang kecil dan terpinggirkan (Mt 8,10.13; Mt 9;2.23.28-29). Bagi Yesus, para murid yang kecil inilah yang menunjukkan iman kepadaNya, sedangkan orang banyak dan para elit tidak menunjukkannya (Mt 6,30; Mt 14,31 dan Mt 16,8).
Karena itulah Yesus dengan sengaja mau menegaskan bahwa yang mengubah atau menghancurkan iman para pengikutNya berarti akan mengalami penyiksaan dan hukuman yang tidak ringan. Dan hal itu diungkapkan dengan, “lebih baik baginya, jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” Jadi Yesus meminta para muridNya untuk taat, setia kepadaNya.
(b). Penghakiman dan Hukuman Allah kepada yang menyesatkan (Mt.18.7). Ancaman yang disampaikan Yesus disertai dengan dua kali ucapan “Celakalah”. Untuk apa sebenarnya ucapan ini? Ini sebetulnya menjelaskan ttg Allah yang tidak mentolerir dan akan menghukum tindakan penyesatan (Mt 11,12).
Ada dua ucapan ‘celakalah!’ di sini. Yang pertama, dialamatkan kepada dunia karena realitas dunia dan strukturnyalah yang pertama-tama menyebabkan penyesatan terhadap para murid Yesus. Dunia menjadi batu sandungan justru karena struktur dan prioritas yang ditawarkannya kepada manusia seringkali amat bertentangan dengan apa yang diwartakan Yesus (bdk Mt 13,22). Karya dunia adalah pengaruh kuasa kejahatan yang menghalangi pencapaian rencana dan maksud Allah. Dan orang-orang yang menjadi agen yang melawan maksud Allah itu juga digolongkan ke dalam kelompok ini, antara lain seperti Petrus dalam Mt 16, 22.23. Selain itu ungkapan celakalah yang berikutnya ditujukan kepada yang lebih khusus, yakni “celakalah orang yang menyebabkan penyesatan.”
(c). Tuntutan kepada para murid untuk menghindarkan diri dari penyesatan (Mt 18,8-9). Kelihatannya agak keras dan berlebihan gaya bahasa yang dipakai di sini tetapi maksudnya sangat jelas yakni agar para murid Yesus sejauh dapat menghindarkan diri dari tindakan dan upaya untuk menyesatkan orang. Mengapa hal ini disampaikan di sini?
Rupanya karena Yesus mau supaya para murid sungguh bisa mengambil bahagian dalam hidup kekal yang diwartakanNya dan lebih dari itu Ia mau agar para muridNya tidak tercampakkan dalam api neraka. Jadi maksudnya ialah Yesus minta agar komunitas murid Yesus tidak menjadikan dosa sebagai prinsip yang memerintah dalam komunitas mereka.
Jadi secara singkat, ajakan Yesus untuk “Jangan Menyebabkan Penyesatan dilandasi oleh dua alasan mendasar ini,
Bahwa Allah sama sekali tidak mentolerir orang yang menyebabkan perbuatan sesat, orang yang membuat orang lain tidak percaya dan karenanya Allah pasti menghukum mereka.
Bahwa para murid sebaiknya menghindari tindakan penyesatan supaya mereka bisa mengambil bahagian dalam hidup kekal dan tidak dicampakan ke dalam api neraka.
4. Untuk Kita Renungkan
Apakah yang dapat kita ambil sebagai hikmah teks Injil ini bagi kehidupan kita sebagai orang Kristen dan khususnya sebagai komunitas religius? Saya ingin menekankan beberapa persoalan kunci yang bisa kita aplikasikan dari warta Injil yang kita renungkan ini.
(a). Komunitas Murid Yesus akan selalu berhadapan tantangan dan kesulitan serta penyesatan :
Benar rupanya kalau ada anggapan bahwa menjadi anggota komunitas murid Yesus, atau menjadi anggota komunitas biara mengandaikan pemahaman yang lebih baik tentang hidup membiara itu sendiri, berikut pemahaman yang baik tentang manusia-manusia yang bergabung di dalamnya. Yesus mengingatkan kita tentang kemungkinan ini ketika Dia secara gamblang mengeluarkan ucapan “celakalah” dalam teks di atas. Mengapa hal ini penting kita sadari? Mungkin pertama-tama terletak dalam kenyataan bahwa cara hidup membiara adalah suatu cara hidup yang berlawanan dengan dunia. Struktur dan tawaran yang diberikan dunia bertolak belakang dengan ajakan Yesus untuk menghidupkan gaya hidup komunitasnya.
Hal ini bisa kita temukan secara kasat mata kalau kita mendalami konsep-konsep tentang kepemimpinan, tentang pelayanan, tentang penggunaan harta dan kehendak dalam praktek kehidupan komunitas kita. Tidak sulit menemukan usaha dan upaya anggota komunitas biara untuk memasukkan ke dalam hidup komunitas biara segala hal yang berasal dari mentalitas birokrasi politik yang haus kekuasaan, gaya hidup pelaku ekonomi yang mencari keuntungan, dan kebebasan yang dicanangkan kaum liberal yang mau bebas segalanya. Inilah penyesatan-penyesatan nyata yang sementara terjadi di dalam biara.
Belum lagi orang biara mulai dengan gencar menggantikan cara syering dan dialog dengan menyebarkan isyu, mencari popularitas diri yang sempit, dan menggalangkan dukungan melalui upaya membayar dengan uang, dsbnya.
Sebagai orang biara, kita harusnya sadar bahwa hal ini merupakan pelanggaran berat dan dalam upaya menjadi murid Yesus hal ini harus dilihat sebagai masalah dan harus dinyatakan secara terbuka sebagai masalah komunitas. Semua anggota komunitas harus menentangnya. Dan kalaupun tidak banyak lagi yang percaya bahwa hal itu salah, kelompok kecil inilah yang harus tetap setia menghidupkan kepercayaannya dan berusaha untuk melawannya baik dengan menyebarkan secara nyata maupun dengan mendoakannya.
Pertanyaan Refleksi : Apakah yang bisa anda kategorikan sebagai penyesatan dalam kehidupan komunitasmu?
(b). Murid Yesus perlu mengusahakan secara aktif upaya menghindari aksi menyesatkan orang lain :
Mendiamkan pelanggaran atau hal yang salah seperti hal-hal yang telah saya sebutkan di atas, sama artinya dengan menyetujui praktek yang berlawanan dengan kehendak Tuhan itu bertumbuh subur. Karenanya adalah suatu panggilan dan komitmen bagi para anggota komunitas biara untuk menghindari aksi atau upaya menyesatkan komunitasnya. Dan hal ini harus dibuat sebagai suatu komitmen, suatu upaya berkelanjutan, suatu aksi nyata.
Bagaimana caranya ?
Dengan membuat penyadaran dan auto-refleksi. Komunitas dengan berani merefleksikan hidupnya bersama para anggotanya tentang tantangan dan masalah yang tengah dialami saat ini dalam komunitas. Auto refleksi ini harus juga sampai kepada sikap untuk menyatakan bahwa hal itu memang masalah yang harus diupayakan jalan keluarnya secara bersama.
Membudayakan syering bersama sebagai upaya saling mendengarkan. Perhatikan bahaya majoritas dalam memenangkan suatu program. Syering yang membangun komunitas harus menyata juga dalam tindakan mendengarkan alasan-alasan yang kekemukakan oleh kelompok kecil yang melawan program yang disampaikan oleh orang kebanyakan. Dan tentu hal dasar penting ialah semuanya harus berangkat dari iman akan Allah dan rencanaNya.
(c). Urusan ganjaran dan hukuman bukanlah urusan komunitas atau urusan masing-masing kita tetapi hak Allah :
Komunitas bukan dimaksudkan pertama-tama memberikan hukuman dan ganjaran atas kegagalan atau keberhasilan anggotanya. Komunitas dimaksudkan pertama-tama sebagai tempat, orang yang memungkinkan para anggotanya diterima sebagai anggota yang berharga, utuh dan dipercayai. Menjadi sahabat itulah permintaan Yesus kepada para muridnya dan kepada masing-masing anggota komunitas.
Lalu bagaimana dengan orang yang melakukan pelanggaran atau penyesatan? Kita mesti memiliki sikap ini bahwa itu haknya Allah dalam mengganjari ataupun menghukum orang yang melakukannya. Dan hal itu bisa terjadi lewat tangan dan keputusan pimpinan yang lebih tinggi ataupun pengadilan suara hati seseorang.
Berhadapan dengan suara hati inilah, kita bisa mengerti maksud Yesus ketika menyatakan “lebih baik baginya jika ....” Yesus mau agar hati kitalah yang memutuskannya bukan orang lain yang mengatakan bahwa kita salah.
(d). Kesetiaan kepada maksud dan tujuan bersama komunitas adalah tugas kita :
Lalu apa yang menjadi tugas utama masing-masing anggota komunitas? Apakah yang menjadi tugas utama seorang yang menyatakan dirinya sebagai murid Yesus?
Bila Yesus menyebut sekelompok kecil muridnya sebagai orang yang percaya kepadaNya, dalam kaca mata ini, kita mesti yakin bahwa perlu ada orang yang tetap percaya tentang maksud sebuah komunitas didirikan yang seuai dengan maksud dan rencana Tuhan. Dan di sinilah kita bisa memahami gereja atau komunitas biara sebagai contrast-society, masyarakat alternatip. Jadi kesetiaan untuk tetap percaya akan maksud bersama hidup komunitas harus tetap menjadi milik anggota komunitas religius.
Dan mesti kita akui bahwa hal-hal yang ditekankan di sini tidak mudah. Karena sering sekali penyesatan tidak ditemukan terutama pada orang lain atau unsur luar dari komunitas kita tetapi sering kali berasal dari diri kita sendiri.
Kisah di bawah ini barangkali bisa membantu kita dalam mengidentifikasi manakah kiranya penyesat dalam komunitas kita. MUSUH DALAM MIMPI.
5. Penutup
Ada seorang lelaki. Suatu malam ia bermimpi buruk. Dalam mimpinya ia melihat seorang serdadu bertopi putih, bersepatu putih. Di pinggangnya terselip sebilah pedang yang bersarung hitam. Ketika kedua mata mereka berpapasan, serdadu tersebut dengan serta-merta mengeluarkan kata-kata cacian, kata-kata jahat yang sungguh pedas yang ditujukan padanya. Serdadu tersebut juga secara kejam meludahi wajahnya. Sungguh suatu penghinaan yang teramat besar. Selama hidupnya belum pernah ia dihina seperti ini.
Ketika bangun pagi, dipenuhi dengan perasaan yang kurang enak ia menceritakan kisah hina yang menimpa dirinya dalam mimpi semalam. 'Sejak kecil hingga kini saya belum pernah dihina oleh orang lain. Tapi malam tadi, saya bukan saja dihina, bahkan wajahkupun diludahi. Aku sungguh tidak bisa terima diperlakukan secara demikian. Aku harus menemukan orang ini dan memberikan imbalan yang setimpal.' Kata lelaki itu penuh rasa benci sambil menggertakan giginya.
Sejak itu, setiap hari setelah bangun tidur ia akan berdiri di persimpangan jalan yang ramai dilewati orang, dengan harapan suatu saat bisa menemukan musuh yang dilihatnya dalam mimpi itu. Seminggu, sebulan, setahun kini berlalu. Orang yang dicari itu tak pernah menunjukkan batang hidungnya. Lelaki tersebut telah menghabiskan separuh dari waktu hidupnya hanya demi sesuatu yang tidak nyata. Ia meracuni hatinya sendiri dengan rasa benci hasil ciptaannya sendiri.
6. Untuk direnungkan sendiri :
Sering kita menciptakan musuh yang tidak real, dan memupuk kebencian dalam hati yang pada baliknya merupakan racun yang menghancurkan diri sendiri.
Ketahuilah: Ketika anda membenci, anda sendirilah yang menjadi korban kebencian anda.

@ Roma, 2007-2008, P. Ansel Meo SVD

Tidak ada komentar: