SAPAAN PENGASUH


Selamat bertemu buat para pembaca dan pengunjung blog ini. Kiranya Tuhan kita Yesus Kristus, yang memanggil kita semua kepada kesempurnaan hidup dalam Bapa dan kekayaan rohani dalam KerajaanNya menganugerahkan kegembiraan dan kesuksesan dalam hidup, pelayanan dan keseharianmu.

Anda mengunjungi blog RETRET & REKOLEKSI PASTOR UDIK. Saya suka nama itu, bukan saja karena karya pastoral awal saya sebagai imam, saya lewati sambil mengunjungi berbagai kampung yang sering dicap udik alias kurang maju, tetapi juga karena mengingatkan saya, akan Yesus dari Nasareth, pastor dan gembala sejati yang para muridnya adalah orang-orang sederhana, udik dan marginal.

Apa ada persamaan di antara kita yang mengunjungi blog ini dengan para murid Yesus itu? Saya kira ada dan hal itu adalah kesediaan kita untuk duduk sambil mendengarkan DIA, sang Guru Rohani, Maestro Kehidupan yang tengah bersabda kepada kita.

Selamat menikmati sajian di blog sederhana ini. Selamat menarik diri dari keseharianmu dan menikmati detik-detik berharga berada sang Guru, Pastor dan Gembala dari udik, mulai dari Nasareth hingga ke kampung dan dusun udik pengalaman kita.

Kiranya Tuhan memberkati kita.

Ansel Meo SVD

Sabtu, Mei 31, 2008

KOMUNITAS UNTUK SAUDARA & PELAYANAN (6)

Renungan Kelima

Tantangan Dalam Komunitas dan Upaya Untuk Mengatasinya

Doa dan Lagu Pembukaan

Bacaan : Mat 18:15-20

15"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. 16Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. 17Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. 18Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. 19Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. 20Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."

Memahami Teks dan Strukturnya:

Kita sudah lihat paling kurang ada lima ajakan mendasar yang diperkenalkan Yesus tentang gambaran komunitas muridNya yang Ia kehendaki. Kelima gambaran itu adalah : (1) lukisan tentang menjadi anak kecil yang menunjukkan tempat dan status sosial dari mereka yang selalu diremehkan dan ditandai oleh marginalitas dan tak mampu. (2) Karena itu komunitasnya menghidupkan jalan hidup alternatif yakni jalan salib sebagai lawan ttg konsep kebesaran dalam pandangan dunia. (3) Oleh sebab kesulitan dan tantangan inilah, para murid hendaknya tak menyebabkan penyesatan. (4) Mereka harus saling mendukung dan memperhatikan, secara aktif siap memperhatikan satu sama lain sama seperti Allah menjaga mereka. Dan (5) dengan cara ini mereka merangkul cinta Allah ke dalam komunitas mereka.
Kendatipun ajakan Yesus ini begitu bagus, kita tak dapat menghindari kenyataan adanya konflik di antara manusia, terutama konflik di antara orang-orang yang selalu ditekan dalam masyarakat, kaum minoritas dan masyarakat pinggiran. Bagaimana caranya komunitas murid Yesus yang beranggotakan orang-orang dari masyarakat kecil dan pinggiran ini dapat mengatasi konflik di antara mereka. Perikope injil yang kita baca dan renungkan ini menggarisbawahi tentang tantangan dan resolusi konflik dalam komunitas murid Yesus.
Baiklah kita ingat bahwa dalam abad pertama kekristenan sudah sangat berkembang juga berbagai prosedur dan cara untuk membantu para anggota berbagai komunitas yang ada waktu itu untuk mengatasi konflik yang terjadi di antara mereka.
Ada beberapa hal yang bisa kita garisbawahi sebagai semacam prosedur atau cara yang dianggap baku dan berlaku untuk membantu komunitas murid Yesus untuk mengatasi konflik dalam komunitas mereka.
(a). Menunjukkan kesalahan dalam pertemuan pribadi di antara dua orang (Mat 18,15).
Dalam Mat 18, 1-14 ditunjukkan kenyataan bahwa komunitas murid Yesus adalah komunitas yang tak sempurna. Apa yang terjadi “jika saudaramu atau saudarimu berdosa terhadap engkau”. Saudara dan saudari di sini mewakili anggota dari sebuah keluarga atau anggota komunitas murid Yesus (lihat Mat 12,46-50).
Langkah pertama harus dibuat yang dimulai oleh mereka yang dirugikan, bukan oleh mereka yang bersalah. Jadi orang yang jadi korban itulah yang harus memulai. Untuk apa? Untuk “pergi dan menunjukkan kesalahan” orang yang itu dalam suatu pertemuan pribadi antara mereka. Dan ini harus dibuat ketika mereka berdua sendirian. Ini menegaskan bahwa berdosa terhadap saudara sungguh merusak hubungan dan persaudaraan. Lebih dari itu dibutuhkan aksi untuk mengatasinya. Orang yang dirugikan di sinilah yang harus beraksi sebagai gembala yang pergi mencari yang tersesat atau saudaranya yang bersalah (lihat Mat 18,10-14 dan juga Im. 19,17).
Dan jika orang itu mendengarkan, maka sebenarnya engkau telah mendapatkannya kembali, Mendengarkan di sini sebenarnya lebih dari sekedar mendengar dengan telinga, tetapi melibatkan seluruh diri yang berarti juga melibatkan juga pemahaman akan kesalahan, penyesalan dan pengampunan, dengan tujuan untuk mencapai rekonsiliasi yang sejati.
(b). Kunjungan dan melibatkan juga para saksi (Mat 18,16).
Namun hasilnya tidak bisa dijamin: “Jika engkau tak didengarkan”. Nah di sini harus diikuti langkah berikutnya yakni mengunjungi orang itu secara kontinyu dan meminta kehadiran para saksi dalam kunjunganmu kepada yang bersalah itu. “Bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi.”
Ada proses hukum yang diakui jelas di sini dan berlaku secara umum untuk diterapkan dalam berbagai aosiasi atau perkumpulan pada abad pertama itu, sebagaimana ada dalam Ulangan 19,15.
Jadi kehadiran para saksi sebenarnya mewakili otoritas komunitas dan keinginan yang besar dari komunitas untuk mendamaikan mereka.
(c). Usahakan rekonsiliasi melalui lembaga Gereja sebagai komunitas (Mat 18,17).
Kunjungan di atas bisa juga menghasilkan perdamaian. Tetapi tetaplah tak pasti. “Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat.” Kenapa jemaatlah yang disbutkan? Karena waktu itu jemaat adalah komunitas Yesus yang menjadi otoritas alternatif berhadapan dengan pertemuan kota uang berada di bawah kontrol penguasa (lihat Mat 16,18). Jadi apa yang dulu hanya melibatkan dua orang, kemudian melibatkan juga dua atau tiga saksi dan kini melibatkan seluruh komunitas atau jemaat.
Hal seperti ini sebenarnya memberikan pengarus besar terhadap upaya perdamaian, tetapi hasilnya pun tetap belum pasti. “Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.”
Apakah yang terjadi di sini? Apakah ini bentuk formal dari tindakan ekskomunikasi? Ataukah lebih merupakan satu pernyataan informal bahwa relasi atau hubungan baik telah retak dan orang yang bersalah itu telah dengan tahu dan mau mengeluarkan dirinya dari komunitas dengan cara menolak ajaran Yesus sendiri? Kelihatan yang kedua ini lebih ditekankan dalam peristiwa ini.
(d). Doakanlah supaya upaya rekonsiliasi yang diusahakan itu berhasil ( Mat 18, 18-19)
Tanggapan komunitas dijamin oleh Allah sendiri. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.“ Kita bisa bandingkan dengan Mat 16,19 di mana Petrus mewakili tugas seluruh komunitas untuk menginterpretasikan kehendak Allah dalam Kitab Suci dan ajaran Yesus. Dan adalah tugas mereka mewakili komunitas waktu itu untuk mempertimbangan cara hidup yang mengekspresikan Kerajaan Allah. Di sinilah kita dapat memahami tindakan mengikat dan melepaskan.
Komunitaslah yang harus mempertimbangan kurangnya penyesalan dan perlunya pengampunan bagi orang yang bersalah itu. Komunitas jua harus memutuskan apakah yang bersalah itu ada di dalam ataukah di luar komunitas para murid.
Tetapi perdamaian dan rekonsiliasi tetap mendapatkan penekanan di sini. “Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.”
Jadi komunitas melakukan tugas restorasi yang sulit. Makanya harus didoakan supaya rekonsiliasi dan pendamaian bekerja sungguh. Menyetujui untuk mendoakan orang yang bersalah mengekspresikan kemauan baik komunitas untuk mengampuni orang yang bersalah dan mengusahakan rekonsiliasi.
(e). Buatlah itu dalam Nama Yesus karena Nama itu mewakili kehadiran Allah dan KerajaanNya (Mat 18, 20). Nama Yesus mewakili Kerajaan Allah yang penuh kerahiman, mengampuni dan dapat ditemukan dalam komunitas yang mengampuni dan memiliki komitmen kepada rekonsiliasi.
Ketika menampilkan Nama Yesus, di sini kita berhadapan dengan Pribadi Yesus sendiri sebagai Dia yang memanggil kita kepada setiap komunitas. Pertanyaan mendasar yang diajukan kepada kita pada renungan pembukaan, di sini mendapat penekanan kembali. “Siapakah Yesus yang tengah memanggil dan menempatkan kita dalam berbagai komunitas religius itu?”
Jika Dia memanggil kita semua kepada persahabatan denganNya dan dengan satu sama lain, pribadi ini mestinya seorang Sahabat dalam arti sepenuhnya. Seorang yang memberikan dirinya bagi sahabatnya, seorang yang penuh kerahiman, sorang pencinta dan pengampun. Sebagai Sahabat, Yesus telah membuktikan siapa Dia sesungguhnya bagi para muridNya. Seorang Sahabat yang menyerahkan nyawaNya bagi sahabat-sahabatNya, karena Ia memang mencintai mereka.

Menjadi Gereja sebagai Komunitas yang Tetap Baru

Berasaskan pada Kristus sebagai “yang sulung di antara banyak saudara” (Rom 8.29) kita akhirnya dipanggil untuk menghidupkan komunitas kita sungguh sebagai Gereja yang adalah komunitas yang tetap baru. Sadar bahwa Kristus telah menyerahkan diri bagi kita domba-dombanya (Yoh 10:15) dan mendoakan kita kepada Bapanya dengan bersabda, “Ya Bapa peliharalah mereka dalam NamaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu sama seperti kita” (Yoh 17.11); kita akhirnya mesti memiliki komitmen untuk setiap komunitas kita sebagai gereja yang merupakan komunitas yang tetap baru. Dan ini bisa dihidupkan dengan mengikuti prosedur komunitas murid Yesus yang digambarkan di atas.
Dan secara sederhana, bisa diusahakan ketika para anggotanya berkomitmen untuk :
1. Bertobat terus-menerus: Menjadi manusia oleh karena Injil atau khabar gembira yang diwartakan Yesus tidak mengenal titik henti. Setiap saat, kita harus membaharui diri dan mencari lagi apa yang lebih berkenan bagi Allah dan pelayanan bagi KerajaanNya.
2. Saling Menerima: Komunitas religius yang kita hidupkan yang mengikat hingga akhir hayat kita tidak selamanya menarik hati. Perbedaan-perbedaan sifat, karakter, hobi, kedalaman penghayatan dan kegiatan dalam karya pelayanan, sering menimbulkan luka-luka sehingga mengakibatkan keretakan hubungan di antara saudara. Maka penting juga untuk mengingatkan apa yang dicanangkan pendiri-pendiri kita seperti, menjauhkan egoisme, jangan kejar jabatan tetapi berkobarlah dalam pelayanan, hargai keunggulan dan sifat positif dalam diri sama saudara.
3. Merasakan derita sama saudara: Sakit dan derita bisa menimpa siapa saja. Kasih yang paling tulus akan tampak dari orang yang hadir dalam derita sesama saudaranya. Karena si penderita sedang tak berdaya, ia tak dapat membalas budi, malah tuntutannya bisa bertambah-tambah. Perhatian yang ditunjukkan bias sekecil apapun kepada orang yang menderita, amatlah berharga dan melegakan hati.
4. Syering perasaan : Dalam komunitas, cukup banyak saat di mana kita bisa saling syering dari hati ke hati. Kapitel rumah, hari komunitas, rekoleksi bulanan, visitasi pimpinan dan rekreasi bersama merupakan saat-saat di mana kedongkolan, salib dan gangguan bathin terungkapkan dan dibagi bersama. Jangan tunggu sampai sama saudara melakukan kesalahan, lalu mulai dengan prosedur yang saya gambarkan di atas tadi. Itu hendaknya menjadi yang terakhir untuk menyelamatkan sama saudara.
5. Semangat pengorbanan : Mengapa mau menjadi dan terus bertekun sebagai seorang religius? Bukan karena saya memang layak untuk itu, tetapi saya berkomitmen untuk itu karena saya ingin berkorban untuk orang lain. Maka semangat berkorban untuk sama saudara harus ada pertama-tama dalam diri seorang religius. Pengorbanan seperti itu bisa dimulai dengan menerima bagian entah itu makanan, barang, atau terlebih lagi tugas yang orang lain tak suka untuk menggembirakan orang lain. Pengorbanan dalam komunitas sering kali berarti juga membiarkan sama saudara mengambil tugas-tugas yang “lebih mulia” dan saya mengambil tugas-tugas sederhana yang kurang diminati orang lagi, karena pikir ketinggalan jaman.
6. Cintakasih dan perhatian yang hangat: Dan hal terakhir untuk disebutkan di sini adalah cinta yang hangat. Kristus mencintai sampai mengorbankan dirinya. Menjadi religius itu satu dari sekian banyak cara mencintai. Kita dipanggil untuk mencintai lewat panggilan kita. Terlebih dahulu mengulurkan tangan, lebih menawarkan dan mengajak tanpa diminta, itu konsekwensi dari cara mencinta kita yang khas ini. Dan berhadapan dengan orang yang bersalah seperti dalam perikope tadi, kita kaum religius harus berinisiatip untuk mendapatkan mereka yang bersalah kepada kita.
Enam cara sederhana tapi butuh komitmen untuk menghidupkannya. Karena sebagai saksi Kristus yang hidup dalam gerejaNya, kita memang mau tak mau harus meniti jalan kecil ini sebagai satu tantangan untuk mengatasi berbagai masalah salam komunitas-komunitas kita.
@Roma, 2007-2008, P. Anselm Meo, SVD

Tidak ada komentar: