SAPAAN PENGASUH


Selamat bertemu buat para pembaca dan pengunjung blog ini. Kiranya Tuhan kita Yesus Kristus, yang memanggil kita semua kepada kesempurnaan hidup dalam Bapa dan kekayaan rohani dalam KerajaanNya menganugerahkan kegembiraan dan kesuksesan dalam hidup, pelayanan dan keseharianmu.

Anda mengunjungi blog RETRET & REKOLEKSI PASTOR UDIK. Saya suka nama itu, bukan saja karena karya pastoral awal saya sebagai imam, saya lewati sambil mengunjungi berbagai kampung yang sering dicap udik alias kurang maju, tetapi juga karena mengingatkan saya, akan Yesus dari Nasareth, pastor dan gembala sejati yang para muridnya adalah orang-orang sederhana, udik dan marginal.

Apa ada persamaan di antara kita yang mengunjungi blog ini dengan para murid Yesus itu? Saya kira ada dan hal itu adalah kesediaan kita untuk duduk sambil mendengarkan DIA, sang Guru Rohani, Maestro Kehidupan yang tengah bersabda kepada kita.

Selamat menikmati sajian di blog sederhana ini. Selamat menarik diri dari keseharianmu dan menikmati detik-detik berharga berada sang Guru, Pastor dan Gembala dari udik, mulai dari Nasareth hingga ke kampung dan dusun udik pengalaman kita.

Kiranya Tuhan memberkati kita.

Ansel Meo SVD

Jumat, Juni 27, 2008

KITAB SUCI DAN HIDUP RELIGIUS (1)

Hidup Religius Tak Bisa Dipisahkan Dari Kitab Suci

Romana Kewa, yang akrab di sapa dengan Anna adalah seorang gadis muda berusia 19 tahun, ketika pertama kali saya bertemu dengannya. Waktu itu saya bekerja sebagai pastor pembantu di sebuah paroKi di Flores di tahun 1994.
Ia barusan tamat SPG, rupanya jurusan Taman Kanak-Kanak, karena ketika itu ia mengajar Taman Kanak-Kanak di parodi serta aktif membimbing anak-anak Sekolah Minggu yang diadakan di paroki saat itu. Seorang gadis cantik memang, apalagi dengan kepandaiannnya membawa diri, banyak orang menyukainya, begitupun anak-anak yang bE bawah asuhannya. Ia juga aktif di Mudika, terutama karena ketrampilannya menyanyi dan kemampuannya melatih rekan-rekannya. Ia luwes, dikenal olEh banyak orang, dan tentu saja dicintai oleh para pemuda yang memang mengincarnya.

Segalanya berjalan normal bagi Anna, sampai saat kunjungan para Suster dari sebuah tarekat yang bekerja di wilayah Keuskupan itu. 9 orang suster muda dikirim oleh tarekatnya untuk mengadakan program ‘hidup bersama orang sederhana’. Dua minggu lamanya mereka brada di sana, tinggal di rumah keluarga, bekerja di kebun, di sekolah, mengikuti pekerjaan sehari-hari dari keluarga di mana mereka tinggal. Dan sebagaimana kebiasaan setempat, malam hari merekapun berdoa rosario bersama bergilir karena saat itu bulan Oktober, bulan Maria.

Di rumah orangtua asuh Anna, menginap juga seorang suster muda, Suster Roslin. Bersama Anna keduanya terasa cocok dalam segalanya, sering bersama bepergian, bahkan Suster Roslin juga pergi membantu Anna mengajari anak-anak TK. Kebetulan sekali usia keduanya sebaya.

Di suatu kesempatan doa bersama, Suster Roslin memimpin mereka dalam sebuah renungan Kitab Suci.
“Barang siapa yang tak mengenal Kitab Suci, tidak mengenal Kristus,” suster membuka renungannya. Ia berbicara lancar, luwes, menyenangkan semua yang mendengarnya, juga Anna. Usai doa itu, ketika hendak tidur, tiba-tiba pintu kamar suster diketuk Anna. Lama tak terdengar jawaban, tidak juga terdengar langkah kaki. Rupanya suster sudah tidur. Tapi Anna mengetuknya lagi. 10 menit berlalu, pintu terbuka, dan suster menatap Anna, “Ada apa Anna?” “Apa kita boleh cerita lagi suster?” tanya Anna. “Mari kita picara di dalam kamar saya.”
Keduanya masuk kamar yang ditumpangi suster Roslin. Mata Anna terpaku di sudut kamar itu. Di atas meja kecil itu masih terdapat lilin bernyala, dan sebuah Alkitab sedang terbuka. “Maafkan saya Suster, saya telah memotong doamu”. “Tak mengapa Anna, lagipula saya sudah selesai tadi”. Dan keduanya melanjutkan cerita mereka, tentang banyak hal dan juga banyak orang dan peristiwa.
Malampun semakin larut, “Kita harus tidur Anna. Nanti kita lanjutkan esok”. Bagi Anna masih ada pertanyaan tersisa di benaknya malam itu. Dan sebelum keluar kamar itu, ia bertanya, “Boleh bertanya yang satu ini suster : mengapa kita mesti mengenal Kitab Suci?”
Suster Roslin memandang wajah Anna. “Saya juga tidak sepenuhnya mengerti Anna, tetani saya melakukannya. Dan sampai kini saya menyukainya. Kalau engkau juga mulai mengenalnya, engkau akan menemukan jawabannya. Selamat tidur Anna”.

&&&

Anna memang amat penasaran menghubungkan hidup suster Roslin dengan doa-doanya. Di sana ia juga mempertanyakan “mengapa Kitab Suci justru menjadi penting dalam pernyataan suster, baik dalam renungan maupun dalam cerita mereka berdua.
“Suster, mengapa kita mesti membaca Kitab Suci?” itulah pertanyaan Anna yang telah dijawab oleh suster Roslin secara sangat menarik minat Anna, “Saya juga tak sepenuhnya mengerti, tetapi saya telah menjalankannya, dan kurasa saya menyukainya”

Haruskah hidup seorang biarawati atau biarawan seperti Suster Roslin dikaitkan dengan Kitab Suci? Jawabannya adalah MEMANG SEHARUSNYA DEMIKIAN. Secara amat sederhana, kita boleh mengatakan bahwa hidup seorang biarawan/wati memang tak bisa dipisahkan dari Kitab Suci. Suster Roslin adalah satu di antara mereka yang menjalankan apa yang dikenal sebagai HIDUP RELIGIUS atau HIDUP BAKTI. Hidup Bakti memang berkaitan erat dengan Kitab Suci, sebagaimana hakekatnya.
Tentang ha lini Dekrit tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius mengatakan,

“... Adapun sejak awal mula gereja terdapat pria dan vanita yang dengan mengamalkan nasihat-nasihat Injil, bermaksud mengikuti Kristus secara lebih bebas dan meneladaniNya dengan lebih setia. Dengan cara mereka masing-masing, mereka menghayati hidup yang dibaktikan kepada Allah…” (no. 1)
“… a). Tolok ukur terakhir hidup religius adalah mengikuti Kristus menurut Injil. Maka semua tarekat hendaknya memandang itu sebagai pedoman tertinggi … (no.2)

Jadi Hidup Religius yang akan dan sudah kita masuki sekarang erat berkaitan dengan Sabda Allah. Dan sabda itu kita temukan dalam Kitab Suci kita. Makanya tidak terlalu heran kalau setiap calon misalnya diminta sebagai kelengkapan waktu masuk, yakni sebuah KITAB SUCI.

1.1. Kitab Suci atau Injil itu adalah Khabar yang mengembirakan. Evangelion = khabar gembira = Injil. Suster Roslin dalam pesannya tadi bilang begini, “Saya tidak banyak mengerti mengapa, tetapi ketika saya melakukannya, saya menyukainya. Dengan kata lain, itu menyukakan hatiku.”

Kita pada akhirnya harus menjadi khabar yang menggembirakan itu, artinya mampu membuat orang lain tergerak untuk mencintai Kitab Suci sebagai Sabda Allah yang menyelamatkan mereka di setiap situasi hidupnya.

1.2. Kita memang dikenal dengan nama yang punya kaitan langsung dengan Injil. Kita adalah orang yang dipanggil secara khusus untuk mengamalkan nasihat-nasihat Injil secara khas yakni dengan mengikrarkan kaul-kaul :

· Kemurnian “demi Kerajaan Sorga“ (Mat 19:12)
· Kemiskinan sukarela seperti Kristus (Mat 8 : 20)
· Ketaatan untuk semata-mata melaksanakan kehendak Bapa (Yoh 4:34)

Kita dikenal khas karena ketiga hal ini, dan tentu ini berkaitan dengan Injil, Kitab Suci. Jadi aneh, kalau menemukan seorang suster, bruder, pastor, frater yang tidak tahu dan tidak mengenal Kitab Suci dengan baik.

1.3. Doa-doa yang wajib untuk kita adalah doa yang sangat bersumber pada Kitab Suci. Doa Offisi, doa Rosario, doa khas serikat dan segala doa yang lainnya pada umumnya bersumber pada Kitab Suci.

Ketika Suster Roslin tadi melakukannya dalam doanya, itu menimbulkan keinginan tahu di hati Anna, gadis yang secara pelahan tertarik akan hidup religius, justru karena pertanyaannya akan Sabda Allah dalam Kitab Suci.
@Anselmo SVD - Roma, 2008

Tidak ada komentar: