SAPAAN PENGASUH


Selamat bertemu buat para pembaca dan pengunjung blog ini. Kiranya Tuhan kita Yesus Kristus, yang memanggil kita semua kepada kesempurnaan hidup dalam Bapa dan kekayaan rohani dalam KerajaanNya menganugerahkan kegembiraan dan kesuksesan dalam hidup, pelayanan dan keseharianmu.

Anda mengunjungi blog RETRET & REKOLEKSI PASTOR UDIK. Saya suka nama itu, bukan saja karena karya pastoral awal saya sebagai imam, saya lewati sambil mengunjungi berbagai kampung yang sering dicap udik alias kurang maju, tetapi juga karena mengingatkan saya, akan Yesus dari Nasareth, pastor dan gembala sejati yang para muridnya adalah orang-orang sederhana, udik dan marginal.

Apa ada persamaan di antara kita yang mengunjungi blog ini dengan para murid Yesus itu? Saya kira ada dan hal itu adalah kesediaan kita untuk duduk sambil mendengarkan DIA, sang Guru Rohani, Maestro Kehidupan yang tengah bersabda kepada kita.

Selamat menikmati sajian di blog sederhana ini. Selamat menarik diri dari keseharianmu dan menikmati detik-detik berharga berada sang Guru, Pastor dan Gembala dari udik, mulai dari Nasareth hingga ke kampung dan dusun udik pengalaman kita.

Kiranya Tuhan memberkati kita.

Ansel Meo SVD

Minggu, Juni 22, 2008

REFLEKSI TTG PANGGILAN DALAM KITAB SUCI (4)

“Menjadi Murid yang Percaya”
-Profil Kemuridan Yesus dalam Injil Yohanes

Pembicaraan tentang murid adalah tema yang yang selalu dikaitkan dengan sekolah, formasi dan pendidikan. Karenanya merupakan tema penting yang selalu didalami dan direfleksikan. Ketika kita memasuki suatu rumah pendidikan seperti novisiat di sebuah biara, tema ini menjadi relevan, justru karena menyentuh inti dari panggilan setiap orang Kristen, yakni orang yang mengikuti Yesus, orang yang bermaksud menjadi Murid Yesus.

Dalam PL dan PB umumnya

Dan tema ini dibicarakan oleh hampir semua penginjil, bahkan Kitab Suci Perjanjian Lama. PL mengenalnya dalam kata “talmid” yang berarti – ‘orang yang belajar’. PL juga membedakan murid atas dua pengertian: yang sempit yakni – orang yang mengikuti pengajaran orang lain yang diterima sebagai guru dan pemimpin dan dalam arti luas, yakni Israel sebagai Murid dari Allah yang adalah Guru - dari siapa mereka menerima pengajaran.
Dalam PB, ketika Yesus memanggil para muridNya, ada kekhasan yang membedakannya dari murid para rabbi Yahudi lainnya. Para murid Yahudi memilih rabbinya untuk mendapatkan ajarannya dan mencontohi cara hidupnya. Kalau ia belajar cukup, ia sendiri bisa menjadi rabbi di kemudian hari. Tapi Yesus yang berinisiatip memanggil para muridNya. Dan komitmen murid Yesus ditujukan kepada Pribadi Yesus dan tugas murid Yesus adalah mewartakan Yesus kepada yang lain. Karena itu, orang Kristen selalu merupakan murid, mereka tak pernah menjadi rabbi (Mat 23:8).

Secara Khusus dalam Injil Yohanes

Yohanes sejak awal Injilnya, memperkenalkan Yesus yang dikelilingi oleh para muridNya. Dua murid yang pertama diundang untuk ‘datang dan melihat’ di mana Yesus tinggal, dan setelah tinggal bersama Dia, mereka kembali dan membawa dua orang lagi untuk bergabung. Kemudian Yesus undang Filipus untuk mengikuti dia. Di kesempatan inilah seorang Israel sejatipun menjadi murid Yesus dalam diri Nathanael (Yoh 1: 29-51).
Yohanes sangat menekankan kepercayaan para murid Yesus. Di Kana, ketika Yesus menyatakan kemuliaanNya untuk pertama kalinya, Yohanes mencatat bahwa ‘para muridNya percaya kepadaNya’ (Yoh. 2:11). Juga ketika Yesus membersihkan Bait Allah, hanya para murid yang mampu menafsirkan tindakan itu secara benar, ‘ ..., barulah teringat oleh murid-muridNya bahwa hal itu telah dikatakanNya dan merekapun percayalah akan KS dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus’(Yoh 2:22). Dan ketika banyak orang meninggalkan Yesus sesudah pengajaran tentang Roti Hidup, Petrus berbicara atas nama mereka semua seraya membaharui imannya, ‘Kami percaya dan tahu bahwa Engkaulah yang kudus dari Allah’ (Yoh 6:69).
Tapi kepercayaan para murid bukanlah iman yang sempurna. Mereka sering kurang percaya. Kita ingat kisah Thomas, sehingga Yesuspun mengatakan ‘berbahagialah yang tidak melihat namun percaya’ (Yoh 20:29). Yohanes memang memperkenalkan banyak orang yang menjadi murid Yesus. Yoh. 4 dan Yoh. 6 menampilkan bahwa Yesus mengumpulkan murid lebih daripada rabbi Yahudi manapun. Orang buta yang disembuhkan adalah murid Yesus (Yoh.9), bahkan Yosef dari Arimatea yang menguburkan jenasah Yesus adalah muridNya secara diam-diam (Yoh.19:38).

Penekanan Yohanes tentang Murid yang Percaya

§ Bagi Yohanes, persoalan murid bukanlah yang terpenting, melainkan Pribadi Yesus Kristus. Yohanes tidak bicara ttg khabar gembira ttg Kerajaan Allah tetapi tentang Yesus sebagai Pribadi Ilahi. Dia bukan mewartakan ttg Kerajaan Allah, tetapi di dalam PribadiNya, Kerajaan Allah itu telah hadir dan nyata.Yohanes memperkenalkan Yesus sebagai Sang Sabda, yang merupakan Putra Tunggal Bapa (Yoh 1:1-18)

§ Dan tujuan Yohanes adalah membangun kepercayaan yang kuat dari para murid terhadap pribadi Yesus yang adalah Allah. Dan karenanya bagi Yohanes, syarat utama murid Yesus adalah dia yang sungguh percaya. Tak heran di akhir Injil dia menulis, ‘....ini semua ditulis agar kamu percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup’ (Yoh. 20.31)

§ Dan percaya kepada Yesus adalah komitmen para murid. Jadi bukan saja percaya kepada pribadiNya tetapi percaya juga kepada apa yang akan terjadi dengan Dia karena, ‘Aku adalah jalan, kebenaran dan hidup’ (Yoh 14.6).

§ Dan murid yang percaya, dihantar kepada kepenuhan hidup di dalam Dia.

@ P. Ansel Meo SVD - Roma, 2008

Tidak ada komentar: