SAPAAN PENGASUH


Selamat bertemu buat para pembaca dan pengunjung blog ini. Kiranya Tuhan kita Yesus Kristus, yang memanggil kita semua kepada kesempurnaan hidup dalam Bapa dan kekayaan rohani dalam KerajaanNya menganugerahkan kegembiraan dan kesuksesan dalam hidup, pelayanan dan keseharianmu.

Anda mengunjungi blog RETRET & REKOLEKSI PASTOR UDIK. Saya suka nama itu, bukan saja karena karya pastoral awal saya sebagai imam, saya lewati sambil mengunjungi berbagai kampung yang sering dicap udik alias kurang maju, tetapi juga karena mengingatkan saya, akan Yesus dari Nasareth, pastor dan gembala sejati yang para muridnya adalah orang-orang sederhana, udik dan marginal.

Apa ada persamaan di antara kita yang mengunjungi blog ini dengan para murid Yesus itu? Saya kira ada dan hal itu adalah kesediaan kita untuk duduk sambil mendengarkan DIA, sang Guru Rohani, Maestro Kehidupan yang tengah bersabda kepada kita.

Selamat menikmati sajian di blog sederhana ini. Selamat menarik diri dari keseharianmu dan menikmati detik-detik berharga berada sang Guru, Pastor dan Gembala dari udik, mulai dari Nasareth hingga ke kampung dan dusun udik pengalaman kita.

Kiranya Tuhan memberkati kita.

Ansel Meo SVD

Kamis, Juni 05, 2008

KOMUNITAS UNTUK SAUDARA & PELAYANAN (10)

Renungan Kesembilan

KOMUNITAS DAN MISINYA YANG BERAT
Bagaimana Berhadapan dengan Tantangan dalam Bermisi ?
Mat 10 : 16 – 23

Misi dan tugas selalu bertemu dengan konflik dan penderitaan

Dalam kehidupan setiap hari, kita menyaksikan secara kasat mata bahwa ada konflik dan penderitaan yang membuat langkah manusia menjadi tersendat dalam usahanya mencapai kebahagiaan. Demikian pun halnya misi. Salah satu hal yang jelas-jelas ada dalam misi kita ialah kenyataan konflik dan penderitaan. Keduanya tak bisa dihindarkan. Dan kita tak dapat melarikan diri daripadanya. Ha lini menjadi tema pembicaraan Yesus dalam teks yang kita pilih untuk permenungan kali ini.

Membaca Teks

16"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. 17 Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. 18 Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.19 Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga.
20 Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu. 21 Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. 22 Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
23 Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.

Bantuan teks bagi pemahaman kita

1. Diutus bagaikan domba ke tengah-tengah serigala. Makanya harus cerdik tapi juga tulus (16): Menarik sekali bahwa Yesus menunjukkan langsung kepada para muridnya konflik yang akan dihadapi berhadapan dengan misi para muid di tengah dunia. Ungkapan “Lihatlah” yang dipakai di sini mengingatkan kita akan kuasa Yesus untuk mengutus para muridNya. Dan masih berkaitan dengan pandangan dasar bahwa komunitas murid Yesus sebagai komunitas orang pinggiran, di sini ungkapan domba digunakan untuk melukiskan anggota Umat Allah yang tak ada pilihan lain untuk melakukkan misi di tengah-tengah tantangan serigala, yang tak lain adalah para elit politik dan agama yang sering menindas dan melecehkan orang.
Berhadapan dengan situasi, apa yang harus dibuat para murid? Mereka diminta taat kepada ajaran Yesus, dengan cara cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Mengapa harus demikian? Cerdik di sini mewakili sikap mendengar dan melaksanakan sabda Yesus sedangkan di sisi lain mereka juga harus tulus seperti merpati yang berarti harus murni, hanya mengetahui yang baik dan bukan sebaliknya menerapkan cara-cara licik dalam bermisi. Sikap ini memang tak membuat bahaya menjauh dari para murid tetapi akan membantu mereka tetap fokus dan memiliki integritas.
2. Penderitaan adalah resiko yang tak terhindarkan justru karena misi kita berkaitan dengan orang atau manusia (ayat 17-18). Makanya harus waspada atau hati-hati terhadap orang Yahudi dan juga terhadap bangsa lain, karena mereka akan menyerahkan para murid Yesus seperti yang terjadi ketika mereka menyerahkan Yohanes kepada Herodes (Yoh 4:12) dan akan terjadi kepada Yesus (10:4). Penderitaan menjadi resiko yang harus ditanggung murid, justru karena pewartaan dan misi mereka akan menentang kelompok status quo. Jadi misi medan misi juga berhadapan dengan penguasa. Di hadapan kelompok ini juga kita harus bermisi. Dan apa yang dibuat murid. Mereka harus menampilkan kesaksian hidup. Dengan demikian derita dan penganiayaan sekaligus merupakan konsekwensi misi tetapi juga kesempatan untuk bermisi.
Kita bisa lihat contoh pada penyembuhan si sakit lepra yang menjadi saksi bagi imam di Bait Allah (lihat Mat 8:4).
3. Tetapi bila terjadi, jangan cemaskan sesuatupun … karena Roh Bapa yang akan berkerja di dalam kamu (ayat 19-20): Penekanan diberikan di sini kepada subyek utama misi dan peran murid sebagai alat misi. Subyek utama misi adalah Allah Bapa melalui Rohnya. Jadi murid mengambil bahagian dalam misi Allah dan KerajaanNya. Ungkapan Bapa disini hanya menegaskan bahwa menjadi murid itu menjadi anggota Keluarga baru, keluarga Anak-Anak Allah. Itulah sebabnya kalau penganiayaan terjadi jangan perlu dicemaskan.
4. Yang bertekun sampai akhir akan selamat (ayat 21-22). Menghubungkan para murid Yesus dengan keluarga baru menjadi penting sekali di sini, justru karena penyiksaan dan penderitaan itu membuat para murid menjadi sangat dekat dengan Rumah Bapa. Bahwa saudara akan menyerahkan saudaranya, hanya mau menjelaskan bahwa resiko mati begitu jelas di depan mata.
Kelihatannya tak ada tempat yang aman untuk melarikan diri. Lebih dari itu semua akan membenci murid Yesus justru sebabnya adalah nama Yesus itu sendiri. Dan lihat di sini, “Siapa yang bertekun sampai akhir, itulah yang akan selamat”. Akhir di sini bisa saja referensikan kepada kedatangan Yesus pada akhir jaman, tetapi boleh jadi juga menunjukkan saat kematian murid dalam penganiayaan itu. Kedua-duanya adalah cara untuk berpartisipasi secara langsung dengan keselamatan Allah yang saat itu sedang menyata melalui karya Yesus Kristus.
5. Bila perlu larilah ke kota yang lain… (ayat 23). Di sinilah kecerdikan seperti ular ditunjukkan sebagai suatu strategi yang tepat. Jadi pergi ke kota lain bisa berarti meloloskan diri tapi juga kesempatan untuk misi berikutnya. Mengapa jadi strategi? Justru karena misi Yesus itulah yang harus terus dipertahankan.

Membacanya dalam pengalaman kita dewasa ini

(a). Misi akan selalu berhadapan dengan konflik yang bahkan menyebabkan penderitaan. Akan selalu ada dua kutub dan kelompok yang bertentangan dalam misi. Kita akan menderita justru karena berhadapan dengan penguasa baik politik maupun penguasa agama. Tapi kita mesti ingat terus bahwa misi kita untuk semua orang. Kalau berhadapan dengan kelompok di atas maka perlu bersikap bijak tapi juga tulus sesuai dengan konteks dalam aksi misi kita. Sikap ini memang tak akan menghindarkan kita dari bahaya tetapi paling kurang membantu kita tetap fokus dan menjaga integritas misi kita.
(b). Misi itu seni menghubungkan manusia dengan manusia, manusia dengan Allah, manusia dengan program. Manusialah sentral dari misi kita. Justru karena itulah kita harus berhati-hati dan waspada. Akan ada banyak pihak yang menghadang kita dalam misi, entah itu penguasa, bahkan orang yang dengannya kita bermisi, dan tak lupa mereka yang bersama kita hidup.
(c). Kekuatan untuk bertahan dalam misi jangan sekali-kali dicari pada penguasa atau kekuatan lain tetapi pada Allah yang beraksi dalam diri kita melalui RohNya. Sadarilah diri sepenuhnya sebagai alat di tangan Allah, yang dipakaiNya, dilengkapiNya dan dijadikanNya berbuah limpah. Juga kenyataan kebencian. Tetapi tetaplah fokus pada kehadiran Yesus dan kekuatanNya.
(d). Bila bertekun sampai akhir akan selamat. Kita tak mencari keselamatan diri sendiri tetapi dengan fokus pada misi dan terbuka pada rahmatNya, jaminan pasti akan menanti kita yakni keselamatan, Meskipun kita akan menderita, dianiaya dan mati. Maka keselamatan artinya berpartisipasi pada misi Yesus.
(e). Mencari jalan keluar bisa juga dengan cara mencari tempat baru untuk bermisi. Di sini ada manfaatnya yang bisa ditimba. Yang pertama kita bisa menghindarkan diri dari bahaya, tetapi juga yang kedua, kita bisa meneruskan untuk bermisi di tempat yang baru.
@ P. Ansel Meo SVD - Roma, 2007-2008

Tidak ada komentar: