“Diutus Menjadi Manusia Baru
dengan Hati yang Bebas untuk Mencintai”
1. Doa pembukaan
Ya Allah yang kekal dan kuasa, dalam Hati PuteraMu yang terkasih, telah Kaunyatakan cintakasihMu yang tiada berhingga kepada segala ciptaanMu dan Kaubaharui setiap hari di atas altar korban kami. Kami bersyukur kepadaMu karena kami Kauajak untuk mengarungi kehidupan kami dan menemukan harta-harta yang telah Kausiapkan bagi kami selama hari-hari retret ini. Kami Kaujadikan Manusia Baru dalam cintakasihMu dan Kautugaskan untuk menjalankan pelayanan kami dalam cintaMu. Kiranya kami menanggapinya dengan pembaharuan diri yang pantas. Karena Yesus Kristus, PuteraMu, Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin
2. Bacaan dan Lagu Antar Bacaan :
Bacaan Pertama : Gal 6:1-10;
Mazmur Antar Bacaan : Maz 138
Bacaan Injil : Yoh 21:15-19
3. Kotbah
§ Saya mulai kotbah ini dengan kisah berikut ini :
Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah yang ada di kota itu. Banyak orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang benar-benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu.
Pemuda itu sangat bangga dan mulai menyombongkan hatinya yang indah. Tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak dari kerumunan, tampil ke depan dan berkata " Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku ?". Kerumunan orang-orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempatkan di situ;namun tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata.
Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang karena dicungkil dan tidak ditutup kembali. Orang-orang itu tercengang dan berpikir, bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan bahwa hatinya lebih indah ? Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa " Anda pasti bercanda, pak tua", katanya, "bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan".
" Ya", kata pak tua itu, " hatimu kelihatan sangat sempurna meski demikian aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutup kembali sobekan yang kuberikan.
Namun karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan. Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya. Hal itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan - memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan. Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu, dan aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang itu. Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu ?"
Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah, dan merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu pas, tetapi tidak sempurna, karena ada sisi-sisi yang tidak sama rata. Pemuda itu melihat kedalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir kedalamnya. Mereka berdua kemudian berpelukan dan berjalan beriringan.
Hati yang sempurna, demikianlah judul kisah ini. Dan pak tua itu bertanya kepada anak muda itu, “Tahukah kau keindahan hati sesungguhnya?”
§ Pertanyaan yang juga diajukan untuk kita semua di akhir retret ini? Tahukah anda keindahan hati sesungguhnya?
Sebentar lagi retret ini akan berakhir. Mungkin ada yang bilang, “Akh akhirnya selesai juga.” Mungkin terlalu lama dan membuat kita bosan, tapi mungkin juga terlalu cepat. Namun sebuah pertanyaan, “adakah komunitasku adalah komunitas yang dimaksudkan Yesus bersama para muridNya?” saya kira telah kita tangkap dengan kemampuan kita, dengan cara kita, dan alat-alat yang kita punyai.
Bagi seorang pendamping retret yang minim pengalaman, retret ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kepada kalian, macam mana HATIKU berhadapan dengan misteri Yesus dan komunitasNya. Mungkin penuh bilur, luka, itulah HATIKU yang mencintai setiap orang yang kujumpai. Hati ini mungkin tak sesempurna kasih Tuhan kepada kita, tetapi seperti kepunyaan bapa tua dalam cerita tadi, itulah Hatiku. Yang kubagikan kepada kalian, saudara-saudari dan sahabat-sahabatku bukannya pengetahuanku, walaupun ada juga aspek itu, tetapi yang kubagikan kepada kalian adalah hidupku, hatiku sendiri, yang mungkin lusuh, penuh bilur dan lubang, kumal, tetapi kusadari bahwa itulah diriku yang pernah dan akan selalu mengucapkan kata-kata Petrus itu, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau Tahu aku mencintaiMu.”
Retret ini bagiku penuh kejutan, penuh kenangan. Bagaimana harus kujawab pertanyaan Tuhan dalam Injil hari ini, “Ansel, apakah engkau mencintai Aku?” Saya kira jawaban jelas, “Tuhan, saya mencintai Engkau.”
Retret ini bagiku adalah kesempatan untuk memberikan sekali lagi bahwa komunitas yang sejati mesti ditemukan kembali dalam HATI para anggotanya yang kendatipun lusuh, penuh tambal, saling memberikan untuk sesama anggotanya. Komunitas murid Yesus adalah komunitas di mana hati para anggotanya tertambal, untuk diberikan kepada sahabat-sahabatnya. HATI KITA-lah komunitas itu. Dan di sanalah rumah Allah bagi kita dan HATI ALLAH adalah rumah kita. Kalau demikianlah halnya, kesempatan retret ini sesungguhnya adalah kesempatan kita berbagi hati, dan karenanya ada harapan untuk saling menyempurnakannya.
§ Kita Mencintai Mereka dengan HATI ALLAH
Kita akan tutup retret ini sebentar lagi. Seperti biasa, kita harus mengemasi barang-barang bawaan kita dan lebih dari itu, kuharap kita bisa juga membawa hati yang telah dilukai, telah disempurnakan dengan kasih Tuhan sendiri, dan karenanya kita akan mencintai dengan hati Allah. “Gembalakanlah domba-dombaKu!”, kata Yesus kepada Petrus. Kembalilah kepada komunitasmu dengan membawa hatimu yang sudah dikoyakkan itu, dan cintailah anggota komunitasmu sebagai Saudara dan Sahabat dan bersama Komunitas bagilah hatimu dalam pelayanan penuh kasih.
Komunitas untuk Saudara dan Komunitas untuk Pelayanan mesti dimulai dengan memberikan HATImu sebagai milikmu bersama Allah.
PROFISIAT BUATMU SEMUA DAN SELAMAT SELESAI RETRET.
4. Doa Umat
Disampaikan secara spontan
5. Lagu Persembahan dan Doa
Ya Allah Bapa Maha Pengasih, pandanglah cintakasih Hati PuteraMu yang membara, dan terimalah ucapan syukur kami atas penyertaan, cinta dan pernyataan kasihMu dalam hari-hari berahmat ini, dalam roti dan anggur serta lilin bernyala lambang kesediaan kami untuk memulai lagi ziarah hidup komunitas religius kami. Sudilah Engkau menerimanya ya Bapa, dan berilah berkatMu untuk menyertai kami dalam perjalanan kami selanjutnya. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.
6. Doa Penutup
Ya Allah Bapa Maha Pengasih dan Penyayang, Engkau tekah menunjukan kami dalam Sakramen ini, betapa Engkau mengasihi kami dan betapa kami ingin mengasihiMu dengan segenap jiwa dan raga kami. Berkat RohMu yang Kaucurahkan dalam hati kami, kami telah Kaujadikan ciptaan baru dan Kauutus untuk mengasihi tanpa pamrih dalam pelayanan dan dalam kehidupan kami. Di akhir Retret ini juga ya Tuhan, kami memohonkan berkatMu bagi semua yang telah memungkinkan retret ini berlangsung dengan baik, dan berkatilah juga semua mereka yang telah kami undang dalam berbagai doa, refleksi dan korban kami, agar bersama-sama, kami dapat memuliakan Dikau Tuhan dan Allah kami. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.
@ P. Ansel Meo SVD- Roma, 2007-2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar