SAPAAN PENGASUH


Selamat bertemu buat para pembaca dan pengunjung blog ini. Kiranya Tuhan kita Yesus Kristus, yang memanggil kita semua kepada kesempurnaan hidup dalam Bapa dan kekayaan rohani dalam KerajaanNya menganugerahkan kegembiraan dan kesuksesan dalam hidup, pelayanan dan keseharianmu.

Anda mengunjungi blog RETRET & REKOLEKSI PASTOR UDIK. Saya suka nama itu, bukan saja karena karya pastoral awal saya sebagai imam, saya lewati sambil mengunjungi berbagai kampung yang sering dicap udik alias kurang maju, tetapi juga karena mengingatkan saya, akan Yesus dari Nasareth, pastor dan gembala sejati yang para muridnya adalah orang-orang sederhana, udik dan marginal.

Apa ada persamaan di antara kita yang mengunjungi blog ini dengan para murid Yesus itu? Saya kira ada dan hal itu adalah kesediaan kita untuk duduk sambil mendengarkan DIA, sang Guru Rohani, Maestro Kehidupan yang tengah bersabda kepada kita.

Selamat menikmati sajian di blog sederhana ini. Selamat menarik diri dari keseharianmu dan menikmati detik-detik berharga berada sang Guru, Pastor dan Gembala dari udik, mulai dari Nasareth hingga ke kampung dan dusun udik pengalaman kita.

Kiranya Tuhan memberkati kita.

Ansel Meo SVD

Rabu, September 10, 2008

“Bertolaklah lebih dalam !” (1)


“Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam !”
… Tetapi karena Engkau Menyuruhnya, Aku akan melakukannya juga..
..


Renungan Pembukaan Retret


Kata Pembukaan


Kita sedang memasuki perahu Simon Petrus dan bersama dia, sang nelayan yang sudah berpengalaman dalam dunia dan kerjanya, kita diminta oleh Tuhan Yesus, “Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam!”.
Manakah tempat itu ? Kita akan bekerja dan menemukan apakah daya sabda yang menggerakkan Petrus itu, juga menggerakkan kita. Manakah tempat yang lebih dalam itu dalam kehidupanmu?
Kiranya seperti Petrus, kita masing-masing dan bersama-sama bisa menjawab Tuhan, “Karena Engkau yang menyuruhnya, aku akan melakukannya juga!”


Doa Pembukaan


Ya Allah yang Mahakasih, Engkaulah asal dan tujuan hidup kami. Kami bersyukur atas sapaanMu yang terus menggema dalam hati kami masing-masing, hingga menggerakkan kami memasuki hidup membiara saat ini. Utuslah RohMu ya Tuhan dan buka hati kami untuk mendengarkan Sabda dan kehendakMu melalui hari-hari retret ini. Semoga ajakan Yesus PuteraMu untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam, boleh kami jawabi dengan menemukan lagi kehendakMu bagi kami masing-masing dan bagi kami bersama. Demi Kristus, PuteraMu dan pengantara kami. Amin.


Bacaan :


Yesaya 35, 1-7a : Allah akan datang dengan pembalasan dan ganjaran
Yakobus 2, 1-5 : Bukankah Allah telah memilih orang sederhana untuk mewarisi KerajaanNya
Lukas 5,1-11: Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam.
(dibawakan oleh tiga orang: narator, Petrus dan Imam sebagai Yesus)

Narator :
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon:
Yesus :
"Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
Narator :
Simon menjawab:
Petrus :
"Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
Narator :
Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.
Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.
Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata:
Petrus :
“Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.”
Narator :
Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap;
demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon:
Yesus :
"Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."
Narator :
Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.


Kotbah / Renungan Pembukaan Retret


Tema besar Retret kita ini adalah BERTOLAKLAH KE TEMPAT YANG LEBIH DALAM, dengan sebuah sub tema “... karena Engkau menyuruhnya, Aku akan melakukannya juga”. Kalau kita merenung sejenak sambil menghubungkannya dengan bacaan-bacaan yang kita gabungkan dari Minggu Biasa ke 23 hari ini (bacaan pertama dan kedua) serta Injil khusus sesuai dengan tema, kita sebetulnya diajak untuk bertanya pada diri sendiri, manakah tempat yang lebih dalam yang dimaksudkan Yesus?


Pertanyaan lainnya yang tak kalah pentingnya untuk kita kemukakan : Apakah dalam kenyataan ataupun secara simbolis, sungguh ada tempat yang lebih dalam, yang selama ini belum pernah kita masuki? Kalau hanya pertanyaan ADA atau TIDAK ADA, kita bisa dengan gampang menjawab PASTI ADA. Tapi bagaimana menemukannya, itulah yang menjadi tugas besar kita selama retret ini. Akan kita usahakan langkah demi langkah untuk memperoleh jawaban itu. Bagaimana caranya ? Kita akan menemukannya dengan mendoakannya, dengan mensyeringkannya, dengan merefleksikannya, dengan mengkotbahkannya, tetapi terutama dengan menggalinya melalui pengalaman kita.


Karena itu RETRET 6 hari ini akan menjadi kesempatan berahmat buat kita semua, baik retretan maupun saya sebagai pendamping kalian, untuk MENDENGARKAN SUARA DIA YANG MENYURUH : BERTOLAKLAH KE TEMPAT YANG LEBIH DALAM. Dengan mendengarkanNya, dan dengan tanggapan awal milik Petrus, ‘karena Engkau menyuruhnya, Aku akan melakukannya juga’, kita berharap akan boleh mendapatkan hasil berlimpah. Kita berharap bisa menangkap banyak ikan pengalaman iman, kita berharap bisa merakit perahu-perahu program novisiat kita untuk membawa hasil tangkapan itu dan pada akhirnya, boleh menemukan siapa kita sebenarnya di hadapan Tuhan yang memanggil kita.


Kisah Kasih


Saya teringat sebuah kisah berjudul : KISAH KASIH dari Website PONDOK RENUNGAN.
Pada suatu hari saya bangun pagi-pagi untuk menyaksikan matahari terbit. Ah, keindahan ciptaan Tuhan tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Sambil mengagumi, saya memuliakan Tuhan untuk karyaNya yang agung. Sewaktu saya duduk disitu, saya merasakan kehadiran Tuhan bersama saya. Ia bertanya kepada saya: "Apakah engkau mencintai Aku?" Saya menjawab: "Tentu saja, Tuhan! Engkau adalah Allah dan Penyelamatku!" Lalu Ia bertanya: "Jika tubuhmu cacat, apakah engkau masih mau mencintai Aku?" Saya bingung. Saya memandang ke lengan, tungkai dan bagian tubuhku yanglain, dan heran berapa banyak hal yang saya anggap sudah biasa, akan tak dapat saya lakukan. Dan saya menjawab: "Akan sangat berat, Tuhan, tetapi aku akan tetap mencintai Engkau"


Kemudian Tuhan berkata: "Jika engkau buta, apakah engkau masih mau mencintai ciptaanKu?" Bagaimana mungkin saya dapat mencintai sesuatu yang tidak dapat saya lihat? Lalu saya teringat akan begitu banyak orang buta didunia dan bagaimana mereka masih tetap mencintai Tuhan dan ciptaanNya. Karena itu saya menjawab: "Sukar untuk memikirkan hal itu, tetapi aku akan tetap mencintai Engkau". Tuhan kemudian bertanya kepada saya: "Jika engkau tuli, apakah engkau masih mau mendengarkan SabdaKu?"


Bagaimana mungkin saya mendengarkan sesuatu bila tuli? Lalu saya mengerti. Mendengarkan sabda Tuhan bukan hanya dengan telinga, tetapi juga dengan hati.


Saya menjawab: "Akan sulit sekali, Tuhan, tetapi aku akan tetap mendengarkan SabdaMu"
Kemudian Tuhan bertanya: "Jika engkau bisu, apakah engkau masih mau memuliakan NamaKu?" Bagaimana mungkin saya memuji tanpa suara? lalu saya terpikir: Tuhan menghendaki kita bernyanyi dari lubuk hati, bagaimanapun bunyinya. Dan memuliakan Tuhan tidak harus selalu dengan nyanyian; saat kita dianiayapun dapat kita ucapkan kata-kata pujian. Jadi saya menjawab: "Biarpun aku bisu, aku akan tetap memuliakan NamaMu" Lalu Tuhan bertanya: "Apakah engkau sungguh-sungguh mecintai Aku?" Dengan berani dan tanpa ragu saya menjawab tegas: "Ya. Tuhan! Aku mencintai Engkau, sebab Engkaulah satu-satunya Allah yang benar!" Saya kira saya menjawab dengan baik, tetapi..............


Tuhan bertanya: "LALU MENGAPA ENGKAU BERBUAT DOSA?" Saya menjawab: "Sebab aku seorang manusia. Aku tidak sempurna" "LALU MENGAPA PADA WAKTU TENTERAM ENGKAU MENYIMPANG PALING JAUH? MENGAPA HANYA BILA SUSAH ENGKAU BERDOA PALING SUNGGUH-SUNGGUH?" Tidak ada jawaban. Hanya air mata.
Tuhan melanjutkan: "Mengapa Bernyanyi hanya pada waktu berdoa bersama dan retret? Mengapa mencari Aku hanya pada waktu ibadat? Mengapa memohon sesuatu dengan begitu mementingkan diri sendiri? Mengapa memohon sesuatu dengan begitu tidak tepat?" Air mata mengalir terus ke pipi saya.


Mengapa engkau malu akan Aku? Mengapa engkau tidak menyebarluaskan Kabar Gembira? Mengapa pada waktu dianiaya engkau menangis kepada orang lain, sementara Aku menawarkan pundakKu sebagai tempat menangis? Mengapa mengemukakan berbagai macam alasan sewaktu Aku memberi kesempatan kepadamu untuk melayani dalam NamaKu?"
Saya berusaha menjawab, tetapi tidak ada jawaban yang dapat saya berikan. "Engkau telah diberkati dengan kehidupan. Jangan sia-siakan berkat ini. Aku telah menganugerahkan bakat untuk melayaniKu, namun engkau menolak. Aku telah mengungkapkan sabdaKu, namun pengetahuanmu tidak bertambah. Aku telah berfirman kepadamu, namun engkau menutup telingamu. Aku telah memperlihatkan berkat-berkatKu, namun engkau membuang muka. Aku telah mengirim pelayan-pelayan, namun engkau membiarkan mereka diusir. Aku telah mendengarkan doa-doamu dan Aku telah menjawab semuanya"


"APAKAH ENGKAU SUNGGUH-SUNGGUH MENCINTAI AKU?" Saya tidak dapat menjawab. Bagaimana mungkin saya dapat? Saya malu tak terhingga. Saya tidak punya alasan. Apa yang dapat saya katakan terhadap ini? Setelah hatiku menjerit dan air mata mengalir, saya berkata: "Ampunilah aku, ya Tuhan. Aku tak pantas menjadi anakMu".


Tuhan menjawab: "Itulah rahmatKu, anakKu" Saya bertanya: "Lantas mengapa Engkau terus-menerus mengampuni aku? Mengapa Engkau begitu mencintai aku?"
Tuhan menjawab: "Karena engkau adalah ciptaanKu. Engkau adalah anakKu. Aku tak pernah akan meninggalkanmu" Bila engkau menangis, Aku akan terharu dan menangis bersamamu. Bila engkau berteriak kegirangan, Aku akan tertawa bersamamu. Bila engkau sedih, Aku akan membesarkan hatimu. Bila engkau jatuh, Aku akan mengangkatmu. Bila engkau lelah, Aku akan menggendongmu. Aku akan menyertaimu sampai akhir jaman, dan Aku akan mencintai engkau selama-lamanya"


Tak pernah saya menangis sekeras itu. Bagaimana mungkin hati saya telah begitu dingin? Bagaimana saya menyakiti Tuhan seperti yang telah saya lakukan? Saya bertanya kepada Tuhan: "Seberapa besar kasihMu padaku?" Tuhan membentangkan kedua tanganNya, dan saya melihat bekas-bekas tembusan paku. Saya bersujud di hadapan KRISTUS, PENYELAMATKU. Dan untuk pertama kalinya saya sungguh-sungguh berdoa.
“Apakah Engkau Mencintai Aku?”


Ajakan Tuhan untuk BERTOLAKLAH KE TEMPAT YANG LEBIH DALAM, dalam versinya yang lain, sesungguhnya adalah ajakan untuk menjawab pertanyaan Tuhan dalam kisah di atas, “APAKAH ENGKAU MENCINTAI AKU?” Apakah kita yang telah memasuki hidup membiara ini SUNGGUH MENCINTAI TUHAN yang telah memanggil kita? Dalam segala situasi hidup, dan dalam kondisi apapun yang kita miliki ?


Inspirasi bacaan-bacaan pada Misa Pembukaan Retret ini bisa menuntun kita sampai kepada jawaban atas pertanyaan Tuhan.


· Tantangan Injil untuk menanggalkan kemapanan semu dan terbuka bagi pelaksanaan rencana Allah :


Injil yang barusan kita dengarkan sebetulnya adalah sebuah tantangan. Tantangan untuk menanggalkan kemapanan, melucuti keyakinan diri yang semu atas potensi diri sendiri yang tak menghasilkan daya guna atau keuntungan baik secara rohani maupun secara jasmaniah. Bayangkan bagaimana rasanya ketika Petrus, dkk, yang adalah nelayan-nelayan ulung itu dikoreksi oleh Yesus, yang menurut mereka cumalah seorang tukang kayu dari dusun Nasareth. Bagaimana seorang Petrus dan kawan-kawannya yang merasa diri lebih tahu, lebih profesional diberi petunjuk baru tentang pekerjaan yang selama ini dilakukannya? Petrus pasti merasa ditelanjangi. Mereka merasa diitantang.


Hanya saja tantangan itu datang dari orang yang mereka lihat sebagai Guru. Dan cobalah temukan keteduhan dalam suruhan itu. Sebuah ajakan penuh kasih, lahir dari rasa kasihan, dari cinta yang mendalam untuk menuntun Petrus dan kawan-kawannya ke jalan yang benar. Dan syukurlah, orang-orang yang dipanggil Yesus ini memiliki sikap kerendahan hati yang luar biasa, sikap mau mendengarkan, serta sikap saling membantu. Sikap seperti inilah yang memampukan Petrus dan kawan-kawannya bisa menemukan siapakah mereka di hadapan Yesus. Seorang berdosa. Mereka berubah, mereka bertobat dan membuka diri mereka bagi rencana Yesus bukan hanya bagi diri mereka tetapi bagi seluruh dunia. “Jangan takut, mulai dari sekarang, engkau akan menjadi penjala manusia.”


Pertanyaan Tuhan, ‘Apakah engkau mencintai Aku?’ dijawab Petrus dan kawan-kawannya dengan perubahan hidup, menemukan diri sendiri dan lebih dari itu terbuka untuk membiarkan diri mereka dipakai Yesus dalam karya penyelamatanNya. Cinta yang sejati harus menyata dalam kerelaan untuk membiarkan diri digunakan oleh Yesus seturut rencanaNya.


· Kita menjadi ahli waris kerajaan karena Allah yang memilih kita. Dialah pembimbing utama retret kita :


Inilah inti tulisan dari surat Santo Yakobus dalam bacaan ke dua hari ini. Sebuah penegasan yang bermakna ganda. Di satu pihak, kita disadarkan bahwa keberhasilan setiap panggilan dan tentu juga setiap karya sumbernya pada Allah, bukan pada status atau kedudukan seseorang ketika dia dipanggil. Allahlah yang memilih kita, betapapun hina dan miskinnya kita di hadapanNya, untuk menjadikan kita ahli waris, anakNya sendiri, karena kita mengasihi Dia, bukan karena kita adalah orang-orang berpunya. Dan di pihak lain, kita diingatkan bahwa pilihan keberpihakan Tuhan adalah mengutamakan orang-orang miskin dan sederhana.


Kisah di atas menambahkan, “Engkau telah diberkati dengan kehidupan, maka janganlah sia-siakan berkat itu.” Dan lebih lanjut, ketika ditanya, “Mengapa Tuhan terus-menerus mengampuni aku dan begitu mencintai aku?” Dia menjawab, “"Karena engkau adalah ciptaanKu. Engkau adalah anakKu. Aku tak pernah akan meninggalkanmu" Bila engkau menangis, Aku akan terharu dan menangis bersamamu. Bila engkau berteriak kegirangan, Aku akan tertawa bersamamu. Bila engkau sedih, Aku akan membesarkan hatimu. Bila engkau jatuh, Aku akan mengangkatmu. Bila engkau lelah, Aku akan menggendongmu. Aku akan menyertaimu sampai akhir jaman, dan Aku akan mencintai engkau selama-lamanya"


Retret ini adalah saat mengalami Allah yang mencintai kita dan Allah yang mengampuni kita. Dialah pelakon utama retret ini, saya dan anda harus membiarkan diri terbuka bagi RohNya. Kita akan bertemu dengan Allah yang terharu dan menangis bersama kita, yang tertawa ketika kita gembira, dan yang membesarkan hati ketika kita bersedih.


· Allah sendirilah yang mengganjari dan menyelamatkan kita :


Dan harapan akhir yang kita timbun dalam Retret kali ini adalah agar Allah sendirilah yang akan mengganjari dan menyelamatkan kita. Dialah yang menyatakan diriNya sendiri kepada kita. Untuk itu kata-kata Yesaya menawarkan hiburan buat kita semua, “Kuatkanlah hatimu, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaranNya. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu”. Lebih dari itu buah-buah penyelamatan Allah terasa nyata dan membawa kesukaan, “mata orang-orang buta akan dicelikkan, telinga orang tuli akan dibuka, orang lumpuh bisa melompat, mulut orang bisa bersorak”. Dan alam serta lingkunganpun menjadi sahabat, “di padang gurun akan ada mata air, dan sungai mengalir di padang belantara, tanah kersang akan menjadi sumber air.”


Mengapa hal ini mungkin ? Kisah di atas mengingatkan kita, ketika Tuhan bertanya: "Jika engkau buta, apakah engkau masih mau mencintai ciptaanKu?" Bagaimana mungkin saya dapat mencintai sesuatu yang tidak dapat saya lihat? Lalu saya teringat akan begitu banyak orang buta didunia dan bagaimana mereka masih tetap mencintai Tuhan dan ciptaanNya. Karena itu saya menjawab: "Sukar untuk memikirkan hal itu, tetapi aku akan tetap mencintai Engkau". Saat Retret ini adalah saat untuk mengalami penyelamatan Allah yang tengah bekerja di sini, melalui retret ini dan melalui anda sekalian.


· Karena itu, bersama Petrus dan kawan-kawannya, mari kita mengatakan kepada Tuhan Yesus, “TUHAN, KARENA ENGKAU MENYURUHNYA, AKU AKAN MELAKUKANNYA JUGA.” Mari kita memasuki Retret ini sebagai kesempatan memasuki perahu Simon dan bersama Simon mengikuti perintah Sang Guru. Selamat bertolak ke tempat yang lebih dalam. SELAMAT BERKHALWAT.


Doa Umat


Doa Persembahan


Ya Allah dan Bapa kami, bersama roti dan anggur ini, kami persembahkan pula seluruh diri kami, panggilan kami serta hari-hari retret kami ini. Kami percaya, Engkau selalu beserta kami dalam segala perjuangan kami. Kami percaya bahwa cintaMu tak pernah padam atas kami anak-anakMu. Persatukan niat-niat dan ujud kami dalam kurban Kristus ini, sehingga kami boleh mengalami kehadiranMu yang menyelamatkan. Kuatkanlah kami agar setia di jalan panggilan ini. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.


Lagu Permenungan / Komunio


Judul Lagu : Tuhan, Engkau Tahu Aku mengasihiMu.
Album : BENTARA SABDA, 2003
Music & Vocal : Eman Weroh SVD.
Syair : Ansel Meo SVD.

Didepan mataku, ladangnya terhampar
Tuaian menanti, di manakah penuai
Dunia jamanmu medan perutusanmu
Nantikan jawabmu, jawabanmu pasti

Pandanglah di sana domba gembalaan
Menanti tuntunan di manakah gembala
Padang membentang lihatlah di sana
Bersediakah jadi gembala dombaNya ?

Refr.
Engkau tahu … Tuhanku, Aku mengasihiMu
Ini aku…Tuhanku, Kumau jadi abdiMu
Pakailah seturut firmanMu

Danau dan lautnya luas membentang
Berlimpah ikannya, mana nelayannya
Dengar perintahnya, “Labuhkan jalamu!”
Bertolaklah sekarang, Turuti FirmanNya.


Doa Penutup


Allah Bapa yang Maha Pengasih, kami sungguh bersyukur atas panggilanMu atas diri kami masing-masing, yang kini kami usahakan untuk berkembang. Semoga berkat kekuatan Santapan Sabda dan Tubuh – Darah Kristus PuteraMu, benih panggilan ini semakin bertumbuh subur, sehat dan segar. Kiranya hati kami menjadi kebun yang memadai untuk bertumbuhNya panggilanMu, berkat hari-hari berahmat yang hendak kami masuki ini. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami, kini dan sepanjang segala masa. Amin


Berkat Penutup

Tidak ada komentar: