“Kamupun harus Membasuh Kaki Saudara-SaudaraMu”
Kata Pembukaan
Kita akan merayakan Ekaristi dalam sebuah kenangan akan kasih Tuhan yang mencintai sahabat-sahabatNya sampai sehabis-habisnya, dengan mengulang cembali kenangan akan saat Yesus membasuh kaki para rasulNya. Membasuh kaki adalah lambang menghambakan diri, menadi dia yang melayani. Menjadi sahabat harus juga memuat makna bahwa kita mampu juga melayani sampai membasuh kaki orang yang kita anggap sebagai sahabat kita.
Tetapi dalam perayaan ini, tidak saja mengenangkan aspek pelayanan itu, tetapi juga aspek permohonan maaf dan ampun dari mereka yang telah bersalah kepada kita, yang menampakkan dirinya dalam diri imam yang membasuh kakimu. Ketika kakimu dibasuh, biarpun itu sulit rasanya, katakana dalam hatimu, “Aku memaafkanmu, Aku mengampunimu!”
Doa Pembukaan :
Allah Bapa Maha Pengasih dan Penyayang, petang hari ini kami ingin mengenangkan saat Engkau merayakan perjamuanMu dengan para muridMu. Kami mengenangkan saat Engkau merendahkan diriMu untuk memasuh kaki para sahabatMu. Semoga kami mensyukuri rahmat panggilan dan karunia cintakasih kepada gerejaMu dalam perayaan ini, yang kami rayakan juga sebagai kesempatan mengampuni mereka semua yang bersalah kepada kami. Tuhan, jika Engkau memanggil kami menjadi Sahabat-SahabatMu, maka ajarilah kami untuk mencintai semua yang kami jumpai di jalan panggilan ini sebagai sahabat- sahabat kami. Karena Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
Bacaan :
Bacaan I : Yes. 52:13-53:12
Bacaan Injil : Yoh 13:1-17
Kotbah
a. Saya akan mulai kotbah ini dengan sebuah ceritera dari dunia anak-anak yang terjadi sebuah desa kecil di Korea.
Suatu pagi yang sunyi di Korea, di suatu desa kecil, ada sebuah bangunan kayu mungil yang atapnya ditutupi oleh seng-seng. Itu adalah rumah yatim piatu di mana banyak anak tinggal akibat orang tua mereka meninggal dalam perang.
Tiba-tiba, kesunyian pagi itu dipecahkan oleh bunyi mortir yang jatuh di atas rumah yatim piatu itu. Atapnya hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng mental ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang gadis kecil yang terluka di bagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus. Ia terbaring di atas puing-puing ketika ditemukan, P3K segera dilakukan dan seseorang dikirim dengan segera ke rumah sakit terdekat untuk meminta pertolongan.
Ketika para dokter dan perawat tiba, mereka mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan oleh gadis itu secepatnya adalah darah. Ia segera melihat arsip yatim piatu untuk mengetahui apakah ada orang yang memiliki golongan darah yang sama. Perawat yang bisa berbicara bahasa Korea mulai memanggil nama-nama anak yang memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu.
Kemudian beberapa menit kemudian, setelah terkumpul anak-anak yang memiliki golongan darah yang sama, dokter berbicara kepada grup itu dan perawat menerjemahkan, "Apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk gadis kecil ini?" Anak-anak tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yang berbicara. Sekali lagi dokter itu memohon, "Tolong, apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk teman kalian, karena jika tidak, ia akan meninggal!" Akhirnya, ada seorang bocah laki-laki di belakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah.
Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah. "Tenang saja," kata perawat itu, "Tidak akan sakit kok." Lalu dokter mulai memasukan jarum, ia mulai menangis. "Apakah sakit?" tanya dokter itu. Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. "Aku telah menyakiti bocah ini!" kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya. Setelah beberapa lama, proses transfusi telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya kepada bocah itu. "Apakah sakit?"
Bocah itu menjawab, "Tidak, tidak sakit." "Lalu kenapa kamu menangis?", tanya dokter itu. "Karena aku sangat takut untuk meninggal" jawab bocah itu. Dokter itu tercengang! "Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal?" Dengan air mata di pipinya, bocah itu menjawab, "Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku!" Dokter itu tidak bisa berkata apa-apa, kemudian ia bertanya, "Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu?" Sambil menangis ia berkata, "Karena ia adalah sahabatku, dan aku mengasihinya!"
b. Kisah ini sarat akan arti dan nilai tentang solidaritas, tentang pengorbanan dan juga terutama tentang persahabatan dan bagaimana seorang anak kecil sudah memiliki paham tentang persahabatan sejati, walaupun tak dimengerti secara sungguh-sungguh.
Mengapa persahabatan menjadi sangat penting? Mengapa kita semua pada akhirnya diharapkan menghidupkan aspek persahabatan itu dalam hidup ini dan apalagi dalam hidup membiara? “Tidak cukup menjadi teman, tetapi haruslah menjadi sahabat”, demikian kata sebuah ungkapan. Dan kelanjutan ungkapan itu dihubungkan dengan hubungan Yudas terhadap Yesus Gurunya. “karena teman bisa berakhir dengan sebuah ciuman pengkianatan seperti Yudas.”
Dan persis itulah yang diwartakan oleh bacaan hari ini. Yesus menyebut para muridNya bukan Cuma sebagai Murid yang mengikuti Dia tetapi sebagai sabahat-sahabat yang bagi mereka Yesus mempersembahkan diriNya sebagai korban. Seorang teman yang tak menjadi sahabat, akan hadir ketika anda berkelimpahan, senang, dipuja dan dilihat sebagai orang ber’punya’, tetapi tak akan datang menyapamu, ketika engkau susah, sedih, rugi, bersalah, dan tak punya apa-apa. Ujian sesungguhnya ialah pada saat anda ditinggalkan, apakah sahabatmu ada di sana untukmu?
Nah, tak cukup berteman, tak cukup menjadi teman sekelas, tak cukup menjadi anggota sekomunitas, confrater atau con-sorella, tak cukup menjadi anak dan bapa atau ibu dan anak, atau suami dan isteri, guru dan murid dan sebagainya, tetapi di atas segalanya seperti hubungan Yesus dan para muridNya, kita harus menjadi sahabat satu bagi yang lain.
Menjadi sahabat adalah pesan bacaan dan perayaan hari ini. Bagi sahabat ada kesediaan untuk membungkuk untuk mencuci kaki, ada kesediaan untuk memberikan maaf dan ampun ketika dia meminta, dan ada kesediaan untuk memberikan nyawa ketika dia memerlukannya. Memberikan nyawa adalah lambang saat di mana anda mesti mengalami mati, menjadi “mayat” yang diratapi, dimandikan, dicucikan dan diusung.
c. Pembasuhan kaki sebentar nanti adalah lambang anda mengalami mati dan menjadi mayat itu. Lihatlah dirimu mayat yang sedang dicuci, dimandikan, dipakaikan pakaian, diukupi dan didoakan. Dan Dia yang mencuci kakimu sebentar adalah pembimbing retretmu, yang menjalankan dua perannya sekaligus :
Mereka yang paling anda benci selama ini, yang bagi dia tak ada maafmu. Dia membungkuk memohonkan ampunanmu dan sebagai ungkapan permohonannya, dia mencuci kakimu.
Dan juga adalah sahabatmu sama seperti Kristus yang menyebut diriNya sebagai Sahabat. Dia yang mencuci kakimu adalah Dia yang kini mendoakanmu, memandikanmu, menghantarmu kepada Bapa.
Dengan demikian, kamupun, betapapun sulitnya melakukannya, mesti membasuh kaki orangtuamu, bapa dan mama, om dan tanta, mantan kekasihmu, gurumu, pastormu, sahabatmu, saudara dan saudarimu. Kamupun harus membasuh kaki sahabat-sahabatmu. Amin
Pembasuhan Kaki
Doa Umat :
Bagi sri paus, para uskup dan para imam : Ya Bapa, curahkanlah rohMu kepada mereka yang memimpin kami dalam gerejaMu, supaya melaksanakan tugas pelayanan mereka dengan bijaksana berkat doa, pengalaman iman mereka. Kami mohon …………………..
Bagi para pemimpin masyarakat : Ya Bapa kiranya mereka dapat menunaikan tugasnya memimpin masyarakat menuju damai sejahtera yang Kaurencanakan. Kami mohon ………………………..
Bagi mereka yang menderita : Ya Bapa semoga mereka mendapat perawatan dan perhatian serta pengobatan yang memadai berkat cinta dan perhatian sesamanya. Kami mohon :………
Bagi kita yang berkumpul di sini : Ya Bapa semoga kenangan akan PuteraMu yang merendahkan diriNya bagi kami dan mengampuni dosa dan salah kami, membantu kami untuk bisa memaafkan mereka yang menyakiti kami, betapapun sulit dan menyakitkan hal itu bagi kami. Kami mohon ....
Doa Persembahan :
Ya Bapa Maha Pengasih, ingatlah akan perjanjianMu dengan kami pada saat kami bersyukur kepadaMu atas Yesus Kristus, Putera kesayanganMu yang telah mengorbankan diriNya bagi kami. Bersama roti dan anggur yang kami persembahkan ini, kami mohon kiranya Engkau membantu kami untuk selalu berterimakasih kepadaMu atas semua mereka yang membentuk hidup kami hingga saat ini betapapun kecilnya artinya bagi kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Doa Penutup :
Ya Allah dan bapa kami, ingatlah akan dunia tempat kediaman kami ini yang telah Kautetapkan sebagai tempat kediamanMu sendiri. Dalam ucapan syukur kami atas perjamuan ini, kami mohon semoga Engkau tetap memelihara ikatan cinta kasih kami dengan mereka yang telah berjalan bersama kami dalam perjalanan panggilan ini. Berkatilah mereka dengan kesehatan lahir dan bathin dan berkatilah karya dan tugas mereka, agar bersama-sama kami boleh mengabdi Dikau yang amat mencintai kami. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.
Copyright © 15 September 2006, by Anselm Meo, SVD
Kata Pembukaan
Kita akan merayakan Ekaristi dalam sebuah kenangan akan kasih Tuhan yang mencintai sahabat-sahabatNya sampai sehabis-habisnya, dengan mengulang cembali kenangan akan saat Yesus membasuh kaki para rasulNya. Membasuh kaki adalah lambang menghambakan diri, menadi dia yang melayani. Menjadi sahabat harus juga memuat makna bahwa kita mampu juga melayani sampai membasuh kaki orang yang kita anggap sebagai sahabat kita.
Tetapi dalam perayaan ini, tidak saja mengenangkan aspek pelayanan itu, tetapi juga aspek permohonan maaf dan ampun dari mereka yang telah bersalah kepada kita, yang menampakkan dirinya dalam diri imam yang membasuh kakimu. Ketika kakimu dibasuh, biarpun itu sulit rasanya, katakana dalam hatimu, “Aku memaafkanmu, Aku mengampunimu!”
Doa Pembukaan :
Allah Bapa Maha Pengasih dan Penyayang, petang hari ini kami ingin mengenangkan saat Engkau merayakan perjamuanMu dengan para muridMu. Kami mengenangkan saat Engkau merendahkan diriMu untuk memasuh kaki para sahabatMu. Semoga kami mensyukuri rahmat panggilan dan karunia cintakasih kepada gerejaMu dalam perayaan ini, yang kami rayakan juga sebagai kesempatan mengampuni mereka semua yang bersalah kepada kami. Tuhan, jika Engkau memanggil kami menjadi Sahabat-SahabatMu, maka ajarilah kami untuk mencintai semua yang kami jumpai di jalan panggilan ini sebagai sahabat- sahabat kami. Karena Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
Bacaan :
Bacaan I : Yes. 52:13-53:12
Bacaan Injil : Yoh 13:1-17
Kotbah
a. Saya akan mulai kotbah ini dengan sebuah ceritera dari dunia anak-anak yang terjadi sebuah desa kecil di Korea.
Suatu pagi yang sunyi di Korea, di suatu desa kecil, ada sebuah bangunan kayu mungil yang atapnya ditutupi oleh seng-seng. Itu adalah rumah yatim piatu di mana banyak anak tinggal akibat orang tua mereka meninggal dalam perang.
Tiba-tiba, kesunyian pagi itu dipecahkan oleh bunyi mortir yang jatuh di atas rumah yatim piatu itu. Atapnya hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng mental ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang gadis kecil yang terluka di bagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus. Ia terbaring di atas puing-puing ketika ditemukan, P3K segera dilakukan dan seseorang dikirim dengan segera ke rumah sakit terdekat untuk meminta pertolongan.
Ketika para dokter dan perawat tiba, mereka mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan oleh gadis itu secepatnya adalah darah. Ia segera melihat arsip yatim piatu untuk mengetahui apakah ada orang yang memiliki golongan darah yang sama. Perawat yang bisa berbicara bahasa Korea mulai memanggil nama-nama anak yang memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu.
Kemudian beberapa menit kemudian, setelah terkumpul anak-anak yang memiliki golongan darah yang sama, dokter berbicara kepada grup itu dan perawat menerjemahkan, "Apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk gadis kecil ini?" Anak-anak tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yang berbicara. Sekali lagi dokter itu memohon, "Tolong, apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk teman kalian, karena jika tidak, ia akan meninggal!" Akhirnya, ada seorang bocah laki-laki di belakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah.
Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah. "Tenang saja," kata perawat itu, "Tidak akan sakit kok." Lalu dokter mulai memasukan jarum, ia mulai menangis. "Apakah sakit?" tanya dokter itu. Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. "Aku telah menyakiti bocah ini!" kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya. Setelah beberapa lama, proses transfusi telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya kepada bocah itu. "Apakah sakit?"
Bocah itu menjawab, "Tidak, tidak sakit." "Lalu kenapa kamu menangis?", tanya dokter itu. "Karena aku sangat takut untuk meninggal" jawab bocah itu. Dokter itu tercengang! "Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal?" Dengan air mata di pipinya, bocah itu menjawab, "Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku!" Dokter itu tidak bisa berkata apa-apa, kemudian ia bertanya, "Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu?" Sambil menangis ia berkata, "Karena ia adalah sahabatku, dan aku mengasihinya!"
b. Kisah ini sarat akan arti dan nilai tentang solidaritas, tentang pengorbanan dan juga terutama tentang persahabatan dan bagaimana seorang anak kecil sudah memiliki paham tentang persahabatan sejati, walaupun tak dimengerti secara sungguh-sungguh.
Mengapa persahabatan menjadi sangat penting? Mengapa kita semua pada akhirnya diharapkan menghidupkan aspek persahabatan itu dalam hidup ini dan apalagi dalam hidup membiara? “Tidak cukup menjadi teman, tetapi haruslah menjadi sahabat”, demikian kata sebuah ungkapan. Dan kelanjutan ungkapan itu dihubungkan dengan hubungan Yudas terhadap Yesus Gurunya. “karena teman bisa berakhir dengan sebuah ciuman pengkianatan seperti Yudas.”
Dan persis itulah yang diwartakan oleh bacaan hari ini. Yesus menyebut para muridNya bukan Cuma sebagai Murid yang mengikuti Dia tetapi sebagai sabahat-sahabat yang bagi mereka Yesus mempersembahkan diriNya sebagai korban. Seorang teman yang tak menjadi sahabat, akan hadir ketika anda berkelimpahan, senang, dipuja dan dilihat sebagai orang ber’punya’, tetapi tak akan datang menyapamu, ketika engkau susah, sedih, rugi, bersalah, dan tak punya apa-apa. Ujian sesungguhnya ialah pada saat anda ditinggalkan, apakah sahabatmu ada di sana untukmu?
Nah, tak cukup berteman, tak cukup menjadi teman sekelas, tak cukup menjadi anggota sekomunitas, confrater atau con-sorella, tak cukup menjadi anak dan bapa atau ibu dan anak, atau suami dan isteri, guru dan murid dan sebagainya, tetapi di atas segalanya seperti hubungan Yesus dan para muridNya, kita harus menjadi sahabat satu bagi yang lain.
Menjadi sahabat adalah pesan bacaan dan perayaan hari ini. Bagi sahabat ada kesediaan untuk membungkuk untuk mencuci kaki, ada kesediaan untuk memberikan maaf dan ampun ketika dia meminta, dan ada kesediaan untuk memberikan nyawa ketika dia memerlukannya. Memberikan nyawa adalah lambang saat di mana anda mesti mengalami mati, menjadi “mayat” yang diratapi, dimandikan, dicucikan dan diusung.
c. Pembasuhan kaki sebentar nanti adalah lambang anda mengalami mati dan menjadi mayat itu. Lihatlah dirimu mayat yang sedang dicuci, dimandikan, dipakaikan pakaian, diukupi dan didoakan. Dan Dia yang mencuci kakimu sebentar adalah pembimbing retretmu, yang menjalankan dua perannya sekaligus :
Mereka yang paling anda benci selama ini, yang bagi dia tak ada maafmu. Dia membungkuk memohonkan ampunanmu dan sebagai ungkapan permohonannya, dia mencuci kakimu.
Dan juga adalah sahabatmu sama seperti Kristus yang menyebut diriNya sebagai Sahabat. Dia yang mencuci kakimu adalah Dia yang kini mendoakanmu, memandikanmu, menghantarmu kepada Bapa.
Dengan demikian, kamupun, betapapun sulitnya melakukannya, mesti membasuh kaki orangtuamu, bapa dan mama, om dan tanta, mantan kekasihmu, gurumu, pastormu, sahabatmu, saudara dan saudarimu. Kamupun harus membasuh kaki sahabat-sahabatmu. Amin
Pembasuhan Kaki
Doa Umat :
Bagi sri paus, para uskup dan para imam : Ya Bapa, curahkanlah rohMu kepada mereka yang memimpin kami dalam gerejaMu, supaya melaksanakan tugas pelayanan mereka dengan bijaksana berkat doa, pengalaman iman mereka. Kami mohon …………………..
Bagi para pemimpin masyarakat : Ya Bapa kiranya mereka dapat menunaikan tugasnya memimpin masyarakat menuju damai sejahtera yang Kaurencanakan. Kami mohon ………………………..
Bagi mereka yang menderita : Ya Bapa semoga mereka mendapat perawatan dan perhatian serta pengobatan yang memadai berkat cinta dan perhatian sesamanya. Kami mohon :………
Bagi kita yang berkumpul di sini : Ya Bapa semoga kenangan akan PuteraMu yang merendahkan diriNya bagi kami dan mengampuni dosa dan salah kami, membantu kami untuk bisa memaafkan mereka yang menyakiti kami, betapapun sulit dan menyakitkan hal itu bagi kami. Kami mohon ....
Doa Persembahan :
Ya Bapa Maha Pengasih, ingatlah akan perjanjianMu dengan kami pada saat kami bersyukur kepadaMu atas Yesus Kristus, Putera kesayanganMu yang telah mengorbankan diriNya bagi kami. Bersama roti dan anggur yang kami persembahkan ini, kami mohon kiranya Engkau membantu kami untuk selalu berterimakasih kepadaMu atas semua mereka yang membentuk hidup kami hingga saat ini betapapun kecilnya artinya bagi kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Doa Penutup :
Ya Allah dan bapa kami, ingatlah akan dunia tempat kediaman kami ini yang telah Kautetapkan sebagai tempat kediamanMu sendiri. Dalam ucapan syukur kami atas perjamuan ini, kami mohon semoga Engkau tetap memelihara ikatan cinta kasih kami dengan mereka yang telah berjalan bersama kami dalam perjalanan panggilan ini. Berkatilah mereka dengan kesehatan lahir dan bathin dan berkatilah karya dan tugas mereka, agar bersama-sama kami boleh mengabdi Dikau yang amat mencintai kami. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin.
Copyright © 15 September 2006, by Anselm Meo, SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar